Berbagi materi seputar dunia ilmu komunikasi

Pengikut

Contoh Laporan Wawancara: Pembentukan Pangandaran sebagai Daerah Tujuan Wisata

 



1.1  Latar Belakang
Pangandaran merupakan Daerah Otonomi Baru di Provinsi Jawa Barat yang memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis secara resmi, pada tanggal 25 Oktober 2012. Kabupaten yang beribukota di Kecamatan Parigi ini terdiri dari sepuluh kecamatan, yaitu Cigugur, Cijulang, Cimerak, Kalipucang, Langkap Lancar, Mangunjaya, Padaherang, Pangandaran, Parigi dan Sidamulih. Pangandaran sangat terkenal dengan destinasi pariwisatanya. Panorama alam yang disuguhkan di Pangandaran memiliki daya tarik tersendiri, sehingga banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Potensi yang dimiliki Pangandaran di bidang pariwisata sangat beragam antara lain, wisata pantai, cagar alam, Green Canyon, dan Jojogan. Semua potensi tersebut menjadi sorotan utama bagi Pemerintah Kabupaten Pangandaran saat ini.
Sebagai kabupaten baru,  Pangandaran memiliki visi dan misi dalam rangka memajukan daerahnya. Visi Kabupaten Pangandaran adalah mewujudkan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata dunia. Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut tentu saja membutuhkan proses lama dan biaya yang cukup besar.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana peran pemerintah terhadap Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata nasional?
  2. Apa saja potensi yang dapat dikembangkan Pangandaran sebagai tempat wisata nasional?
  3. Apa saja langkah yang dilakukan pemerintah Dinas Pariwisata untuk memajukan Pangandaran?
  4. Apa saja kendala yang dialami Dinas Pariwisata untuk memajukan Pangandaran?
  5. Bagaimana reaksi warga terutama pedagang dengan perubahan tersebut?
  6. Bagaimana sistem penataan yang akan dilakukan pemerintah?
  7. Apa perubahan yang dirasakan warga atau masyarakat setelah Pangandaran menjadi tempat wisata nasional?

1.3  Tujuan
1.    Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mewujudkan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata nasional.
2.    Untuk mengetahui potensi yang dimiliki Kabupaten Pangandaran.
3.    Untuk mengetahui langkah apa yang akan dilakukan Dinas Pariwisata dalam mewujudkan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata nasional.
4.    Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami Dinas Pariwisata dalam mewujudkan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata nasional.
5.    Untuk mengetahui reaksi masyarakat terutama pedagang terhadap kebijakan Dinas Pariwisata untuk mewujudkan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata nasional..
6.    Untuk mengetahui sistem penataan dan relokasi pedagang di sekitar Pantai Pangandaran.
7.    Untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi di Kabupaten Pangandaran setelah dilakukan kebijakan-kebijakan dari pemerintah.



1.4  Metode Dan Teknik Penulisan
Metode dan teknik penulisan dalam penyusunan laporan ini adalah dengan wawancara secara langsung terhadap narasumber.
Narasumber 1     : Drs. Muhlis (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran)
Narasumber 2     : Bapak Nito (Kepala Seksi Pengembangan Usaha dan Konsumen)
Narasumber 3     : Sutarman, S.E (Pedagang)
Narasumber 4     : Ibu Maryunah (Pedagang)
Narasumber 5     : Ibu Bayinah (Pedagang)
Narasumber 6     : Bapak Asep (Pedagang)

1.5 Topik Wawancara 
“Tanggapan Masyarakat Pedagang Di Kawasan Pantai Pangandaran Mengenai    Pembentukan Pangandaran Sebagai Tempat Wisata Nasional”

1.6  Waktu dan Tempat Wawancara
Wawancara ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal       : Selasa, 20 September 2016 dan Rabu, 21 September
  2016
Pukul                   : 13.00 WIB s/d selesai
Tempat                 : Dinas Pariwisata dan Pantai Pangandaran







BAB II
HASIL WAWANCARA

1.1. Peran Pemerintah dan Dinas Pariwisata terhadap Pembentukan Pangandaran sebagai  Tempat Wisata Nasional

1.1.1     Peran Dinas Pariwisata
Pengembangan pariwisata di wilayah Pangandaran didukung oleh program Destination Management Organization (DMO) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2013, target DMO dalam hal kelembagaan adalah penguatan internal kelembagaan dalam menyusun sistem dan mekanisme keorganisasian, melakukan kolaborasi dan harmonisasi program dengan pemerintah provinsi dan koordinasi dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata. Hasil dari DMO dalam hal kelembagaan yang sudah tercapai adalah adanya penguatan aparatur pemerintah Pangandaran mengenai kepariwisataan, dukungan pemerintah provinsi, kerja sama kolaboratif dengan Pemkab Pangandaran dalam pelaksanaan program, munculnya inisiatif pemangku kepentingan dalam kegiatan dan penguatan kelembagaan desa. Sedangkan target DMO dalam hal program adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pengembangan kapasitas desa sebagai desa wisata, optimalisasi diseminasi informasi, pengembangan industri kreatif, penataan destinasi dan pengembangan acara lokal sebagai awal pengembangan acara Pangandaran. Dari target tersebut yang sudah dicapai antara lain terlaksananya pelatihan pengembangan kapasitas, tersusunnya design, strategi dan rencana aksi (DSRA), terlaksananya upaya peningkatan kapasitas desa dalam mengembangkan desa, pengembangan potensi wisata baru menjadi produk wisata alternatif, pengembangan acara, gerakan bersama penataan kawasan dan pelaksanaan pengenalan produk wisata baru.
Kepala Seksi Pengembangan Usaha dan Konsumen, Bapak Nito menyatakan, sudah banyak peran yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata diantaranya penataan lahan untuk kawasan ruang terbuka hijau (RTH) kawasan Pariwisata Pangandaran dengan menertibkan para pedagang  yang berada di depan pasar Pananjung.  Penertiban pedagang di kawasan tersebut dilakukan agar kawasan pantai bisa langsung terlihat dari arah jalan tol. Penertiban pedagang-pedagang tersebut dilakukan dengan cara relokasi ke beberapa titik yaitu ke kawasan bekas tanah Dinas Sosial, Pananjung Sari, wilayah dekat Star Meridian, dan Pasar Seni. Sebanyak 100 pedagang dari 1465 sudah direkolasi ke kawasan bulevard. Biaya yang dihabiskan untuk merelokasi para pedagang mencapai Rp 40,4 miliar.

1.1.2     Menurut Pandangan Masyarakat Pedagang
Dari empat narasumber yang berprofesi sebagai pedagang dikawasan pinggir Pantai Barat Pangandaran diantaranya Bapak Sutarman, S.E,  Ibu Maryamah, Ibu Bayinah dan Bapak Asep menyatakan bahwa kebijakan relokasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Pangandaran bukan sebuah masalah karena telah disosialisasikan sebelumnya. Mereka menilai bahwa hal itu justru akan menguntungkan karena pemerintah telah menyediakan tempat yang lebih bersih dan rapi untuk mereka dengan harapan akan meningkatkan hasil penjualan. Selain itu, Bapak Sutarman menambahkan bahwa Pemerintah sebaiknya bermusyawarah dengan orang-orang dilapangan secara langsung agar lebih memahami permasalahan yang ada.

1.2. Potensi yang Bisa Dikembangkan sebagai Obyek Wisata Nasional Pangandaran.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Drs. Muhlis, potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah pariwisata baik objek wisata pantai maupun gunung. Terdapat banyak objek wisata favorit yang bisa dinikmati baik oleh turis mancanegara maupun domestic. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pangandaran dan masih bisa dikembangkan yaitu : Pantai Pangandaran, Taman Wisata Alam ( cagar alam pananjung), Pantai batu hiu, pantai Batu Karas, pantai madasari, pantai karapyak, dan wisata sungai yaitu cukang taneuh (green canyon), citumang, dan santirah. Tersedia fasilitas hotel dengan kelas yang bervariasi dan cukup lengkap, restoran, dan tempat hiburan lainnya.
     Menurut pedagang kaki lima di pinggir pantai, potensi yang bisa dijual di kawasan wisata Pangandaran adalah kuliner, banana boat, perahu dan keramah-tamahan penduduk lokal.

1.3. Langkah dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangandaran
1.3.1 Langkah yang telah dilakukan
            100 orang pedagang kaki lima sudah direlokasi ke tempat yang sudah di buat dan diatur oleh pemerintah dan kini sebagian pantai pangandaran yang berada di dekat tol sudah terlihat langsung dari jalan tol dengan tambahan tulisan 3D Pangandaran sunset tempat untuk berfoto.
1.3.2 Langkah yang sedang dilakukan
            Pemerintah sedang membuat tempat relokasi untuk para pedagang yang belum dipindahkan, lokasi tersebut terletak dibekas tanah Dinas sosial, Pasar seni, dan dekat Hotel Star meridian.
1.3.3 Langkah yang akan dilakukan
            Pemerintah sedang merencanakan sarana prasana yang dibutuhkan di pangandaran seperti layanan kesehatan, sarana perguruan tinggi, serta menghidupkan kembali stasiun kereta api.

1.4. Evaluasi Kebijakan Pemerintah Menurut Dinas Pariwisata
Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Drs. Muhlis, sejauh ini kebijakan-kebijakan pemerintah  yang dilakukan masih belum maksimal. Sehingga dibutuhkan penataan yang lebih. Selain itu dana yang digalangkan dalam proses pembangunan dikeluarkan secara berangsur sehingga membuat waktu yang dibutuhkan semakin lama.

1.5. Tanggapan Masyarakat Pedagang Terhadap Pembentukan Wisata Nasional Pangandaran
Sebagian besar pedagang setuju terhadap pembentukan wisata nasional, karena masyarakat pedagang ingin Kabupaten Pangandaran menjadi lebih baik dikalangan wisatawan domestik maupun non domestik. Pihak dinas pariwisata sudah menjelaskan dan mensosialisasikan rencana ini kepada seluruh masyarakat pedagang sehingga masyarakat mengikuti semua aturan yang diberikan pemerintah selagi itu semua baik dan menguntungkan bagi mereka.

1.6. Persiapan Masyarakat Pangandaran Mengenai Pembentukan Wisata Nasional Pangandaran
Mereka menyatakan tidak memiliki persiapan khusus dalam pembentukan Pangandaran sebagai tempat wisata nasional dan dunia. Pemerintah sudah menyiapkan tempat bagi para pedagang yang akan direlokasi sehingga mereka hanya tinggal menunggu pemberitahuan kapan akan dipindahakan.

1.7. Cara Masyarakat Pedagang Menarik Konsumen
1.7.1.   Menurut Bapak Sutarman aspek pelayanan dan tempat sangat berpengaruh dalam menarik perhatian konsumen. Sebab konsumen pasti akan merasa nyaman dengan layanan yang ramah. Keramah-tamahan dan tempat menjadi kesan pertama yang akan konsumen ingat sehingga mereka termotivasi untuk datang kembali ke tempat tersebut.
1.7.2.   Sedangkan menurut Ibu Maryunah melakukan promosi dengan cara menawarkan dagangannya terhadap wisatawan yang lalu-lalang di depan warungnya, ia mengganggap bahwa dengan melakukan hal tersebut merupakan usaha yang cukup efektif untuk menarik perhatian konsumen. Tentunya dengan cara yang ramah dan tidak memaksa.
1.7.3.   Ibu Bayinah juga lebih memilih melakukan cara yang sama dengan Ibu Maryunah dalam menarik perhatian konsumen yaitu dengan cara menawarkan barang dagangannya terhadap wisatawan yang lalu-lalang di depan warungnya.
1.7.4.   Lain halnya dengan Bapak Asep yang memiliki toko aksesoris, ia menilai penataan barang cukup berpengaruh dalam menarik perhatian konsumen. Menurutnya wisatawan akan tertarik berkunjung ke tokonya apabila ia menata barang dagangannya dengan rapi, selain itu ia juga menganggap bahwa keramah-tamahan adalah modal utama untuk menarik minat konsumen.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemerintah Kabupaten Pangandaran cukup berhasil dalam memperbaiki infrastruktur, sarana, dan prasarana di wilayahnya, khususnya di kawasan wisata.  Hal ini cukup mempengaruhi peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Pangandaran, sayangnya kenaikan jumlah wisatawan tidak berbanding lurus dengan penghasilan penduduk lokal khususnya para pedagang. Mereka terlihat kurang memiliki strategi bisnis yang baik. Hal ini terlihat dengan kurangnya cara promosi para pedagang untuk menarik perhatian konsumen. Mereka cenderung pasrah terhadap penghasilan yang diterimanya walaupun hanya sedikit. Padahal, ada banyak cara lain dalam menarik perhatian wisatawan, misalnya dengan meningkatkan kualitas dagangannya, mempercatik dan menjaga kebersihan toko , melakukan permainan harga dan sebagainya.


3.2 Saran
1.  Perlunya pelatihan bisnis untuk meningkatkan kualitas serta penghasilan para pedagang.
2.  Pemerintah Pangandaran diharapkan bisa mengembangkan potensi budaya,  kesenian dan kuliner.
3.  Para nelayan diharapakan lebih mampu mengelola serta memanfaatkan hasil laut agar lebih maksimal.
4.  Pemerintah diharapkan dapat lebih meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana modern.
5.  Pemerintah dan masyarakat sebaiknya lebih sadar terhadap kebersihan lingkungan sekitar.

No comments:

Post a Comment

Sesame Street Elmo
Copyright © 2025 Jurnal Komunikasi. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design