Resensi Film: Wonderful Life, Perjalanan Seorang Ibu untuk Bisa Menerima dan Memahami Anaknya

    Dibintangi Atiqah Hasiholan, film ini merupakan salah satu film yang saya tunggu-tunggu penayangannya sejak masa pra produksi di tahun 2015 lalu, namun setelah 2016 berlalu film ini masih juga belum naik layar sampai akhirnya mendapatkan jadwal penayangan di tahun 2017 lalu. Sayangnya, film ini tidak memeroleh kesuksesan di tahun tersebut, mungkin saya kira karena tema yang diangkat sudah tidak lagi hangat. Kisah tentang seorang anak pengidap diseleksia mungkin di tahun 2014 masih tergolong awam dan banyak orang yang belum paham. Tetapi seiring berjalannya waktu saya kira kini orang-orang mulai banyak yang tahu apa itu diseleksia dan cukup bisa memahami penderitanya. Mungkin itulah salah satu hal yang menjadi alasan mengapa film ini gagal mendapatkan banyak penonton di bioskop tanah air meski dibintangi oleh para pemain yang sudah tidak perlu diragukan lagi aktingnya. 

            Momentum waktu saya pikir memang sangat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan sebuah film bioskop di Indonesia, seandainya saja film ini tidak ditunda-tunda jadwal tayangan saya kira ada kemungkinan film ini akan lebih banyak mendapatkan banyak penonton. Tetapi karena sebelumya saya pernah menonton film India yang mengangkat tema yang sama yaitu diseleksia, memang harus diakui bahwa perfilman India lebih mampu memberikan kualitas yang jauh lebih bagus dan detail. Dengan judul "Like a Star on The Earth," film India yang tayang pada tahun 2014 lalu tersebut lebih mampu menguras emosi saya mulai dari sedih, iba, khawatir, bahagia bahkan komedinya dibandingkan "Wonderful Life," yang hanya berfokus pada perjalanan Atikah menemui rukun-rukun ke daerah Jawa bersama anaknya. 

        Saya kira penggambaran alur-nya terlalu sederhana untuk bisa membuat Atikah sadar bahwa anaknya baik-baik saja hanya dengan sebuah adegan Akil hampir tertabrak. Meski demikian, film ini merupakan film yang cukup menarik karena berani mengangkat tema yang tidak biasa dan patut untuk diapresiasi dengan edukasi yang sangat ringan di dalamnya, tiga dari lima bintang saya berikan untuk "Wonderful Life."