Resensi Buku: Tiga Kisah Dalam Mihrab Cinta




Judul Buku : Dalam Mihrab Cinta (Novelet Pembangun Jiwa)
Pengarang : Habiburahman El Shirazy
Penerbit : 1. Republika (Jakarta) 2. Basmala (Semarang) 2007
Jenis : Fiksi
Tebal : 328 halaman.
Harga : Rp 79.000




   Novelet karya Habiburahman El Shirazy ini termodifikasi dengan tajuk "Dalam Mihrab Cinta" yang terdiri atas tiga judul cerita. Pertama berjudul "Takbir Cinta Zahrana" yang sebagian isinya diangkat dari kisah nyata. Disini kang Abik (Habiburahman) mencoba menulis tentang ketegaran dan ketulusan di jalan Allah, memushabahi tindakan tokoh Zahrana yang lebih mementingkan karir akademik daripada karir membina rumah tangga juga generasi.

Novelet kedua berjudul "Dalam Mihrab Cinta" merupakan petikan/ringkasan dari roman "Dalam Mihrab Cinta" yang tengah disiapkan kang Abik. Novelet ini mengisahkan tokoh Syamsul yang difitnah oleh temannya Burhan sehingga harus dikeluarkan dari pesantren tempat ia belajar atas tuduhan mencuri sehingga kemudian menjadikannya dibenci oleh keluarga hingga ia minggat dan menjadi pencopet sungguhan. Akan tetapi ia kembali pada jalan Allah setelah mendapat pekerjaan yang layak. Dari sini, saya kira kang Abik ingin mengajak para generasi muda untuk selalu optimis menatap masa depan.

Novelet ketiga berjudul "Mahkota Cinta" yang merupakan hasil riset terhadap beberapa kehidupan pascasarjana Mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Malaysia. Novelet ini bercerita tentang Zul dengan karakternya yang jujur apa adanya dalam mengubah takdirnya menempuh S2 di UM. Ia harus menghidupi diri sendiri juga membiayai kuliahnya dengan bekerja sambilan didampingi teman-temannya karena hidupnya yang sebatang kara. Ia juga dihadapkan dengan ujian cintanya terhadap Mari, seorang janda yang telah membantunya saat pertama kali datang ke Malaysia. Sampai akhirnya mereka dipertemukan kembali di Indonesia dalam keadaan yang lebih baik.

    Dari ketiga novelet tersebut kang Abik menyajikan bab-bab menjadi beberapa bagian sehingga padu. Ia juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, meskipun gaya bahasanya kedaerahan (tradisional) Jawa Tengah. Tidak terpungkiri bahwa, buku ini masih memiliki kelemahan diantaranya kelemahan fisik dimana beberapa tulisan yang tidak jelas cetakannya. Disamping itu secara sistematik ada beberapa kesalahan dialog yang diucapkan Zul dalam novelet "Mahkota Cinta." Hal ini ditunjukan pada dialog halaman  304. Dalam dialog tersebut Zul berbicara pada Yahya. Maka Zul seharusnya mengatakan nama Yahya, tapi disana justru mengatakan nama Zul lagi yang akhirnya menjadikan tidak ada keterpaduan antar dialog pada paragraf tersebut.

Dari kekurangan dan kelebihannya, buku ini lebih banyak memiliki kelebihannya dari segi bahasa, unsur intrisik dan pesan morilnya. Meskipun pada awal cerita kurang menarik, namun alur-alur selanjutnya semakin menarik. Seperti halnya novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih yang telah dikarang kang Abik sebelumnya lebih dulu.

Comments