gambar: youtube
Because communication is the best
problem solving/
Because the good Relationship is when
you keep communicatio/
Because you have to communication to
solve the problem.
SCENE 1 LOKASI: RUANG KELAS
“Komunikasi adalah sebuah proses pemaknaan bersama
tentang sesuatu. Komunikasi bisa juga diartikan sebagai sebuah transaksional
yang disetujui bersama. Contohnya transaksi antara seorang pedagang jeruk
dengan seorag pembeli. Jika mereka menyetujui harga yang sama maka akan terjadilah
transaksi jual beli. Disanalah terdapat pemaknaan yang sama. Seperti asal
katanya, bahwa komunikasi berasal dari kata common yang berarti sama dalam
bahasa indonesia. Jadi sebuah komunikasi akan berhasil apabila ada kesamaan di
dalamnya.” Jelas seorang Dosen
saat tengah menyampaikan materi kuliah.
“Bu!” Galang mengacungkan tangan ingin bertanya.
“Ya Galang, ada yang ingin ditanyakan?”
“Bagaimana apabila dalam sebuah komunikasi yang
dilakukan oleh dua orang tidak berhasil memiliki pemaknaan yang sama.”
“Ya ga bakal nyambunglah obrolan mereka.” Dandi
menyahut diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Sang Dosen tersenyum, “Seorang komunikator bisa
mendengar komunikannya dengan telinga dan mata. Ia mampu membaca keadaan
komunikannya, apakah mereka masih mau memperhatikan atau tidak. Apakah ia akan
setuju dengan pendapatnya atau tidak.”
“Tapi kan Bu,
tidak semua komunikator mau peduli terhadap keadaan komunikannya.” Dandi
kembali menyanggah.
“Namun, seorang komunikator yang baik pasti memiliki
sosialibilitas yang tinggi ia akan berusaha dengan keramahan dan ketulusannya
agar komunikasi bisa efektif.” Jawab sang Dosen dengan tenang.
“Selain
itu ada syarat lain yang harus dimiliki seorang komunikator, tadi sudah saya
sebutkan salah satunya sosialibilitas, selanjutnya ada kepercayaan, keahlian,
dinamis dan coorientetion. Coorientetion inilah yang akan menjawab pertanyaan
kamu. Kamu harus menumbuhkan rasa orientasi terhadap komunikan kamu. Misalnya
mengarah pada kesenangan sang komunikan, kamu cari tahu hal-hal yang berkaitan
dengan kesenangannya tersebut. Dengan begitu ia akan merasa kalian memiliki hal
yang sama. Dan hal yang sama ini adalah yang akan membuat komunikasi kalian
berjalan dengan lancar. Balik lagi ke makna komunikasi kan?” Dosen itu
menambahkan.
Galang
tersenyum mendengar penjelasan dosennya. Ia rasa ia tahu apa yang harus ia
lakukan. Usai kelas selesai ia segera pulang dan menyusun sebuah rencana.
***
SCENE 2 LOKASI: KAMAR EVHAN
Nama “Galang” muncul pada ponsel yang diletakan di
atas sebuah meja yang tiba-tiba bergetar. Seorang pria terdiam beberapa saat
ketika melihat nama pada ponselnya yang mulai bedering itu. Ia terlihat enggan
untuk mengangkatnya, tetapi ponsel tersebut terus berdering dan membuatnya
terpaksa berbicara.
“Hallo kak, apa kabar?” suara Galang disebrang sana
terdengar riang.
“Baik, kamu gimana? Sehat kan?” jawab pria tersebut.
“Alhamdulillah kan aku sehat. Ada yang mau aku
bicarakan sama kak Evhan.” jelas Galang.
“Apa?”
“Bisa kita bertemu?”
“Kakak sibuk Galang.”
“Please kak, sekali ini saja.” Galang memohon. Evhan
kembali terdiam beberapa saat. “Kakak pulang ya ke Pangandaran besok. Kita
ketemu di tempat kita semua biasa kumpul. “Baik.” Evhan menutup teleponnya.
***
SCENE 3 LOKASI: SEBUAH KAFE/RESTO
Disebuah kafe di pinggir pantai Evhan tengah duduk
menunggu adiknya. Pikirannya melayang ke masa lalu saat dimana keluarga mereka
sering berkumpul disini.
“Bagaimana sekolah kalian berdua? Lancar?” tanya
Rizal, Ayah mereka.
“So far so good Pah.” Jawab Evhan singkat.
“Kamu harus banyak-banyak belajar Vhan, tahun depan
kamu ujian nasional lho.” Novi sang Ibu menambahkan.
“Tenang saja Pa, Ma. Kak Evhan kan pintar.” Galang
ikut bicara.
“Memangnya orang pintar cuma kakakmu saja?” canda
Rizal diiringi tawa sekeluarga.
“Kamu harus bisa masuk UNPAD ya.” Rizal berkata pada
Evhan. “Aku akan berusaha Pa.” Evhan mengangguk optimis.
“Semangat!!” dukung Galang, Ibu dan Rizal. (FLASHBACK)
“Kak! Maaf menunggu lama.” Galang menepuk pundak
Evhan. Evhan tersadar dari lamunan, kemudian mengusap matanya yang sudah
berkaca-kaca.
Galang duduk di atas kursi yang berada di sebrang meja
dari Evhan. Evhan memandang jas alamamater yang dikenakan Galang. Lambang UNPAD
yang terdapat di dada sebelah kanan jas itu membuat perasaan kembali dipenuhi
kebencian dan penyesalan. Galang menyadari perasaan Evhan, ia membuka jas
alamamater yang dikenakan dan kemudian memasukannya kedalam tas.
“Ini tentang Papa dan Mama kak.” Galang memulai
pembicaraan.
“Sekolah saja kamu yang benar, tidak usah ikut campur
urusan orang tua.” Evhan tersenyum sinis.
“Kak sampai kapan kita akan diam saja dan membiarkan
orang tua kita seperti itu?”
“Mereka tidak akan pernah bisa berubah. Mereka hanya
bisa menghancurkan karier anaknya sendiri.”
“Kak! Ayah dan Ibu tidak seperti itu. Mereka hanya sedang
tidak saling memahami dan apa yang terjadi pada kakak itu bukan salah siapapun.
Kakak sudah berusaha tapi takdir yang berlaku.”
“Memangnya apa yang bisa kamu lakukan?” Evhan
berbicara dengan nada tinggi.
“Kita harus membuat mereka saling memahami. Kita harus
membuat mereka memiliki kesamaan untuk saling memahami.”
“Terserah kamu saja.” Evhan meninggalkan Galang
sendirian.
***
SCENE 4 LOKASI: RUMAH
KELUARGA DAN RUMAH HELMY
“Kamu hanya bisa menghambur-hamburkan uang!” teriak
Rizal pada Novi.
“Apa yang aku beli itu untuk kebutuhan kita semua, itu
wajar saja dan bukan sesuatu yang berlebihan.” Novi membela diri.
“Tidak berlebihan katamu? Ini apa? Untuk apa kamu beli
ini? Ini, ini dan ini juga. Semua peralatan dapur dan kosmetik ini sudah
berlebihan. Aku sudah tidak bekerja, harusnya kamu bisa berhemat.”
“Apa yang aku lakukan selalu salah dimatamu, padahal
ini semua aku lakukakn demi kamu Pa.” Novi mulai menangis.
“Apa gunanya semua ini untukku, hah?” Rizal melempar
sebuah lipstik mahal milik novi. Ia mengacak-acak barang-barang Novi. Novi
hanya bisa berteriak menangis.
Galang sudah sedari tadi bertahan di kamarnya, menutup
telinga dengan earphone. Tapi percuma, ia pergi ke rumah pamannya, Helmi.
“Ayah dan Ibumu bertengkar lagi?” tanya Helmy saat
membukakan pintu untuk Galang. “Boleh aku menginap disini?” Galang menjawab
pertanyaan retoris Helmy dengan permintaan. Helmy mengangkat bahu dan lengannya
mempersilakan Galang masuk. Mereka menuju ke kamar, Helmi bergegas ke atas
tempat tidur.
“Ini sudah jam satu malam, masih saja baca buku.”
Celoteh Helmi melihat Galang yang masih membuka buku.
“Besok aku ujian.”
“Memangnya seharian ini kemana saja?”
“Kuliah samapai sore, saat pulang mereka sudah
bertengkar sampai sekarang.”
“Mereka hampir setiap hari seperti itu, pantas saja
kakakmu tidak kuat dan pergi.” Helmi menarik selimut kembali melanjutkan
tidurnya. Galang hanya diam terus membaca buku.
***
SCENE 5 LOKASI: PANTAI
PANGANDARAN
Rizal dan Novi hampir setiap hari bertengkar sampai
suatu saat Galang mulai putus asa dan kuliahnya terbengkalai. Ia bolos kuliah
dan pergi ke pantai.
“Kenapaaaaaaaaaaaaaa......!!!!!!!!!!!!!” Galang
berteriak dan melemparkan jas alamamaternya. Ia menatap nanar ke sekitar pantai
Pangandaran, bathinnya begejolak merasakan apa yang selama ini dialami kakaknya. Ia tertunduk dan menangis.
Tiba-tiba seorang pria memberikan sebuah jas almamaternya. Galang melihat sang
kakak di depannya, Evhan.
“Mari kita buat kesamaan diantara orang tua kita.”
Ujar Evhan sambil tersenyum.
***
SCENE 6 LOKASI: KANTOR EVHAN
(FLASHBACK)
“Apa yang ingin dilakukan adikmu adalah sesuatu yang
sangat baik Vhan. Dia sudah mulai paham.” Rai menasehati Evhan sahabatnya.
“Paham dari mana? Gue cuman pengen dia fokus sama
studinya, jangan sampai kayak gue.”
“Memangnya apa yang salah sama loe?”
“Gue gak bisa masuk universitas favorit seperti yang
diharapkan bokap gue.”
“Itu bukan kesalahan loe, itu masalah takdir. Loe udah
berusaha.”
“Gue ga punya kebanggaan, gue ga guna.”
“Look at you bro! Loe udah jadi orang sukses.”
“Sukses? Ngaco loe.”
“Makna sukses itu ga mesti harus masuk univ favorit
atau sebagainya. Loe ga inget hadist nabi. Sebaik-baiknya manusia adalah orang
yang bermanfaat. Dan loe udah bermanfaat bagi keluarga loe, loe udah biayaain
keluarga loe, adik loe. Loe diberi kesempatan lebih awal untuk jadi
sebaik-baiknya manusia.”
“Mungkin Galang juga pengen bermanfaat bagi
keluarganya, dia belum bisa kasih uang tapi dia ingin berbuat sesuatu. Dia
ingin mengamalkan ilmunya.” Rai merangkul Evhan.
***
SCENE 7 LOKASI: KAMAR GALANG
“Coba
katakan apa rencana kamu Galang.” Tanya Evhan.
“Aku
rasa pertengkarang yang terjadi diantara orang tua kita itu karena mereka udah
ga saling memahami kayak dulu. Dan untuk bisa saling memahami kita harus
berkomunikasi dengan baik. Komunikasi diantara mereka tidak baik.” jelas
Galang.
“Mereka
kan kalau sudah bicara ga ada yang mau ngalah Lang.”
“Kak,
komunikasi itu ga hanya bicara kak. Ada yang namanya komunikasi non verbal bisa
lewat tulisan, tindakan dan semacamnnya.”
“Lalu?”
Galang
mulai menceritakan rencanaya.
***
SCENE 8 LOKASI: PANTAI BATU HIU
PANGANDARAN
“Pah,
bisa bicara?” tanya Galang pada Rizal. Rizal mengangguk.
“Pah,
ceritain dong awal Papa sama Mama bisa nikah.”
Rizal
tersenyum, “ngapain kamu nanya-nanyain itu?”
“Pengen
tahu aja. Ayo dong Pa cerita!” Rizal akhiranya menceritakan awal pernikahannya
dengan novi.
***
SCENE 9 LOKASI RUANG MAKAN
“Kita
udah lama ya ga makan bareng.” Evhan memulai pembicaraan.
“Papamu
kan susah kalau disuruh makan, dia suka semaunya. Kamu jarang pulang, Galang
sering lupa makan.” Kali ini Novi yang bicara.
“Gimana kalau kita liburan yuk, ga usah jauh-jauh di
sekitar Pangandaran aja.” Ajak Galang.
“Wah
ide bagus tuh!” seru Evhan.
“Papa
lagi ga ada uang, lagi pula kita harus hemat.” Rizal tidak setuju.
“Gapapa
Pa, sekali-kali kita butuh hiburan. Lagian aku ada tabungan kok, dan temapat
wisata di Pangandaran itu ga mahal.” Evhan meyakinkan.
“Please
Pa, Ma. Galang pengen jalan-jalan, sumpek sama pelajaran.” Galang menatap kedua
orangtuanya dengan harap. Mereka mengangguk setuju.
“Kita
mau kemana emang?”
“Ada
deh besok kalian siap-siap aja.” Ujar Galang.
***
SCENE 10 LOKASI: HUTAN MANGROVE
“Ini
kan tempat pertama kali Papa ngajak Mama jalan.” Ujar Rizal saat sampai di
tempat konservasi mangrove.
“Papa
masih inget rupanya.” Novi merasa senang. Rizal tersenyum.
“Sudah
lama banget Papa ga pernah ngajak Mama jalan-jalan ke luar.” Rizal merasa
bersalah.
“Gapapa
Pa, Mama ngerti kita kan harus hemat sekarang.”
“Mama
kan orangnya seneng main. Tapi Papa udah ga bisa nyenengin Mama buat
jalan-jalan. Papa ga inget kalau buat kesini sih sebenernya kita mampu.”
“Karena
itu Pa, dulu kan Papa sering nyenengin Mama. Jadi, Mama pengen nyenenin Papa
dengan cara merawat diri. So, Mama sering beli kosmetik.”
Rizal
tersenyum, “Mama ga pernah bilang sih. Jadi Papa ga paham maksud mama.”
“Itu
bentuk komunikasi non verbal Mama ke Papa, kalau dia pengen nyenengin Papa.
Papanya aja yang ga peka.” Rizal tertawa mendengar perkataan Evhan.
“Itu
lah kenapa segala sesuatu harus dikomunikasikan dengan jelas. Ya karena tidak
semua orang paham dengan komunikasi non verbal yang dilakukan orang lain.
Karena itu kadang kita perlu jelasin dengan komunikasi verbal.” Tutur Galang
disambut tawa sekeluarga.
THE END
Comments
Post a Comment