Sistem
Politik
Dalam
rumus ketatanegaraan, sistem politik
merujuk kepada tata cara pemerintahan suatu negara dijalankan. Hal ini
mencakup tentang cara pemilihan pemimpin negara, merumuskan peraturan atau
undang-undang, landasan dasar hukum. Serta yang tak kalah penting dari cakupan
sistem politik ini adalah bagaimana cara interaksi antar pejabat pemerintahan
yang satu dengan yang lainnya dan interaksi antara warga sipil atau rakyat
dengan pejabat pemerintahan. Menurut Ramlan Surbakti, sistem politik adalah
proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan
bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam satu wilayah tertentu. Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti tersebut, maka secara
sederhana sistem politik merupakan interaksi antara masyarakat dengan pemerintah
yang berkaitan dengan proses pengambilan suatu kebijakan yang dirumuskan atas
asas kepentingan bersama. Berbagai negara yang ada di dunia, memilih dan
menerapkan sistem politik yang berbeda antara satu sama lain. Faktor utama yang
menjadi pertimbangan menerapkan suatu sistem politik tertentu adalah paham atau
ideologi yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Adapun beberapa sistem
politik di berbagai negara di dunia.
Sistem politik otoriter adalah sistem politik dimana
segala bentuk peraturan dan kebijakan yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara berasal dari satu sumber, yakni dari pemangku
kekuasaan tertinggi. Sistem politik otoriter dikenal juga dengan sistem politik
diktator karena pada sistem politik ini dipimpin oleh seseorang yang diktator.
Sistem politik otoriter memiliki satu ciri khas yakni kekuasaan politik tak
terbatas oleh sang pemimpin atau partai politik yang berkuasa.
Adapun beberapa negara yang pernah dan atau menganut
sistem politik otoriter diantaranya:
1. Kamboja
Hanya 4 tahun
Pol Pot dan Khmer Merah memerintah Kamboja. Tapi selama kurun waktu 1975-1979,
tidak kurang dari 1,7 juta rakyat Kamboja dibantai. Pol Pot yang dipanggil
'saudara nomor satu' ini membuat Kamboja menjadi ladang pembantaian. Invasi
Vietnam ke Kamboja tahun 1978 membuat Pol Pot terdesak dari Phnom Penh. Dia
melanjutkan pemerintahannya dari hutan. Sebelum akhirnya persembunyiannya
dibocorkan anak buahnya sendiri. Pol Pot tewas saat menjalani tahanan rumah
tanggal 15 April 1998.
2. Uganda
Idi Amin memerintah
Uganda selama 8 tahun, dari 1971 hingga 1979. Amin yang menjadi perwira militer
ini merebut kekuasaan dari Perdana Menteri Milton Obote. Selama
pemerintahannya, Idi Amin mengusir ribuan orang India berkewarganegaraan
Inggris dari Uganda. Dia juga diduga melakukan banyak pembunuhan pada
lawan-lawannya. Di masa Idi Amin pula ekonomi Uganda morat-marit. Akhirnya
pejuang Uganda yang dibantu tentara Tanzania berhasil menggulingkan Idi Amin.
Dia kemudian lari ke Libya dan ditampung sahabatnya Muammar Khadafi. Amin
akhirnya pindah ke Arab Saudi hingga meninggal di sana tahun 2003.
3. Rumania
Nicolae
Ceausescu memerintah Rumania selama 24 tahun. Di era kepemimpinannya, dibentuk
polisi rahasia blok timur yang kejam. Selain itu diktator Rumania ini membawa Rumania
sebagai satu-satunya negara di Eropa yang mengalami kelaparan dan kekurangan
gizi. Dia memerintah dari 1967 hingga 1989, dia juga ketua partai komunis
Rumania. Ceausescu akhirnya divonis bersalah atas kejahatan genosida dan
ditembak mati di depan regu tembak.
4. Filipina
Siapa yang tak
kenal nama Ferdinand Marcos yang terpilih sebagai Presiden Filipina pada tahun
1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan
ancaman komunis revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya
mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan
Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening
pribadi Marcos di Swiss. Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi
Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan
kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan
dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun yang sama. Bersama istrinya,
Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina. Marcos meninggal di pengasingannya
di Hawaii pada tahun 1989.
5. Mesir
Husni Mubarak
yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karir
politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden
Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir
menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Bantuan miliaran dolar AS
berhasil didapatkannya dalam rangka menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi
politik Islam. Namun, pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini
akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk
rasa besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang
menewaskan 850 orang.
6. Kuba
Fulgencio
Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal sebagai
pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak 1933. Pada tahun 1944,
masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun
kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba.
Hampir semua sektor pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista. Mulai
dari ekonomi, kongres, pendidikan, hingga media. Selain itu, Batista juga
memperkaya dirinya sendiri dengan uang negara. Batista berhasil dilengserkan
dari jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel
Castro. Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan
berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di
Guadalamina, Spanyol.
7. Portugal
Nama Antonio
Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling otoriter di Benua Eropa.
Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga 1968. Bentuk pemerintahan Salazar
disebut nasionalis konservatif, atau sebagian orang menyebutnya fasis. Salazar
memegang teguh visi anakronistik, yakni bahwa Portugal masih memiliki kekuatan
kekaisaran dan berhak menginvasi koloni-koloninya di selatan Afrika. Rezim
Salazar dijuluki \\\'Estado Novo\\\' atau negara baru, yang membanggakan
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, namun masih sarat dengan penindasan. Pada
tahun 1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran terhadap rezim Salazar di
Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak pada tahun 1968, Salazar
dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan tahun 1974, Revolusi Bunga
menandai berakhirnya rezim Salazar.
Comments
Post a Comment