Psikologi Komunikasi: Komunikasi sebagai Pembentuk Kepribadian



                                                                  gambar: blogpsikologi.blogspot.co.id

                Sebagaimana yang dinyatakan Arsley Montuge kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Segera setelah kita berinteraksi dengan orang-orang disekitar terbentuklah kepribadian.  Bagaimana kita menyampaikan perasaan kepada orang lain dan bagaimana menfsirkan pesan yang disampaikan orang lain menentukan kepribadian kita. Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi oleh caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Wajah ramah seprang ibu bisa menghasilkan kehangatan bila diartikan sang anak sebagai ungkapan kasih sayang, akan tetapi wajah yang sama akan melahirkan kebencian jika diartikan sebagai usaha ibu tiri untuk menarik simpati anak yang ayahnya telah ia rebut.
                Melalui komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan menetapkan hubungan baik dunia di sekitar. Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Bila Anda tidak berhasil mengatasi masalah yang pelik karena orang lain menetang pendapat Anda, tidak mau membantu Anda, bila semakin sering Anda berkomunikasi semakin jauh jarak Anda dengan mereka dan Anda selalu gagal mendorong orang lain bertindak. Anda telah gagal dalam berkomunikasi. Komunikasi Anda tidak efektif.
                Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Syilvia Moss (1974:9-13) paling tidak menimbuklan lima hal.
1.       Pengertian.
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksud komunikator. Betapa sering kita bertengkar hanya karena pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara  disebut kegagalan komunikasi primer (primacy breackdown in communication). Untuk menghindari hal ini kita perlu memahami psikologi pesan dan psikologi komunikator.
2.       Kesenangan.
Komunikasi kadang hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merapa apa yang disebut Analisi Transaksional sebagai “Saya Oke – Kame Oke”. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang sistem komunikasi interpesonal.
3.       Memengaruhi sikap.
Paling sering kita melakukan komunikasi untuk memengaruhi orang, itu adalah komunikasi persuasif.  Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinikan sebagai “proses memengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan  menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.” (Kamus Ilmu Komunikasi, 1979). Psikolog sering bergabung dengan komunikolog justru pada bidang persuasi.
4.       Hubungan sosial yang baik.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak atahan hisup sendiri. Abraham Maslow (980: 80-92) menyebutnya kebutuhan akan cinta atau “belongingness.” William Schuz (1966) merinci kebutuhan soal ini ke dalam tiga hal, inclusion,control, affection.  Kebutuhan sosial adalah kebutuhan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memusatkan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (kontrol), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kita inging bergagung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.
Dewasa ini para ilmuan sosial, filusuf, dan alhi agama yang sering berbicara tentang alienasi –merasa terasing, kesepian dan kehilangan keakraban –pada manusia modern.
‘Instead of affection, acceptance,  love and joy resulting from being with other, many people feel alone, rejected, ignored, and unloved.”  Tulis William D. Brooks dan Philip Emmert.
Bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal ia akan menjadi agresif, seang berkhayal, “dingin”, sakit fisik dan mental dan menderita “flight syndrome”  (ingin melarikan diri dari lingkungannya).
5.       Tindakan.
Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Untuk menimbulkan tindakan nyata, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil akumulatif seluruh proses komunikasi.

Comments