Mengenal Taman Wisata dan Cagar Alam sebagai Hutan Konservasi di Kabupaten Pangandaran

 

           Hutan konservasi merupakan suatu kawasan hutan yang diproteksi atau dilindungi. Proteksi atau perlindungan tersebut bertujuan untuk melestarikan hutan dan kehidupan yang ada didalamnya agar bisa menjalankan fungsinya secara maksimal. Hutan konservasi merupakan hutan milik negara yang dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sejarah kawasan hutan konservasi di Pangandaran dikutip dari laman mypangandaran.com, semula merupakan tempat perladangan penduduk. Tahun 1922, ketika Y. Eycken menjabat Residen Priangan, diusulkan menjadi Taman Buru. Pada waktu itu dilepaskan seekor Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan tersebut diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha.  Tahun 1961, diubah lagi menjadi Cagar Alam. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tempat rekreasi, maka pada tahun 1978, sebagian kawasan tersebut dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan kawasan perairan di sekitarnya sebagai Cagar Alam Laut yang luas seluruhnya menjadi 1.000 ha. 
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104/Kpts-II/1993 pengusahaan wisata Taman Wisata Alam Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan konservasi Pangandaran dan sekitarnya adalah: lintas alam, bersepeda, berenang, bersampan, scuba diving, snorking dan melihat peninggalan sejarah. 
Di daerah barat pantai terdapat dua kawasan konservasi alam yaitu Taman Wisata Alam dan Cagar Alam. Cagar Alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang perlu dilindungi  dan perkembangannya berlangsung secara alami. Untuk lebih mengetahui mengenai hutan konservasi di Pangandaran saya mewawancarai bapak Dani Mulyadi sebagai ketua  tour guide, beliau menuturkan bahwa Cagar Alam merupakan kawasan yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Jika ingin masuk ke Cagar Alam maka harus memiliki simaksi atau surat ijin masuk kawasan konservasi yang di dapat dari pihak berwenang. Lapang banteng termasuk ke dalam kawasan Cagar Alam, sehingga wisatawan tidak diperbolehkan masuk ke sana. Kemunculan banteng jarang terlihat karena kawasan hutannya sangat luas. Sedangkan Taman Wisata Alam adalah kawasan yang dikhususkan untuk para pengunjung yang biasa dikunjungi para wisatawan.  Luas kawasan konsevasi semuanya 1000 hektar yang dibagi menjadi dua bagian dengan 500 hektar merupakan kawasan bahari dan sisanya adalah kawasan hutan konservasi. Taman Wisata Alam memiliki luas sekitar 37,7 hektar. Cagar Alam dibawahawi oleh BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) langsung dari kementrian, sementara Taman Wisata Alam dibawahi oleh Perum Perhutani.
Dani Mulyadi menambahkan bahwa, pada dasarnya hewan dan tumbuhan yang terdapat di cagar alam dan taman wisata alam adalah sama jenisnya. Diantaranya kera ekor panjang (macaca fascicularis) yang merupakan salah satu penghuni dominan Taman Wisata Cagar Alam. Kera tersebut terkadang sering menggangu hal ini dikarenakan kebiasaan diberi makanan hingga membuat hewan-hewan tersebut ketergantungan, bahkan terkadang menimbulkan sifat agresif. Lutung (trcyphithecus auratus) berbeda dengan kera ekor panjang tingkah laku lutung lebih pemalu dibandingkan kera ekor panjang, mereka hidup diatas pohon dan memakan pucuk-pucuk dedaunan. Kalong (pteroptus vampyrus) atau kelelawar besar hidup dipepohonan dan juga gua-gua. Burung Kangkareng (anthracoceros albiros), burung kangkareng perut putih (anthracoceros albirostris) adalah salah satu spesies dari family bucerotidae. Panjang tubuhnya bisa mencapai 90 cm. Makanannya buah-buahan, kadal, serangga, burung-burung kecil. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, dan tanduk kuning-hitam di atas paruh besar berwarna kuning. Kulit mukanya berwarna putih dengan bulu leher berwarna hitam. Burung Kangkareng hidup di Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran dan bersarang di dalam lubang pohon, jika sedang beruntung sesekali burung rangkong akan terlihat. Landak jawa (Hystrix javanica) dapat ditemui di gua parat, meski terlihat mengerikan dengan duri tajamnya landak-landak penghuni gua parat adalah hewan yang jinak sehingga pengunjung bisa bermain-main dengan delapan ekor landak yang lucu-lucu, karena sudah terbiasa landak-landak di gua parat tidak takut terhadap aktifitas pengunjung yang keluar-masuk gua, bahkan jika diberi makan kacang landak biasa mengambil dari tangan pengunjung. Tando (cynocephalus variegatus) adalah mamalia terbang, bukan terbang menggunakan sayap melainkan meluncur seperti melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Aktif di malam hari, dan memakan bagian tanaman lunak seperti daun muda, tunas, bunga, dan buah-buahan. Selain itu masih banyak hewan lain yang menghuni kawasan hutan konservasi Pangandaran diantaranya rusa, lizard (biawak), banteng, elang, kancil dan masih banyak lagi.
Hewan-hewan yang terdapat di hutan konservasi Pangandaran ada yang merupakan hewan sekunder dan primer. Merak, rusa dan banteng adalah contoh hewan sekunder atau yang didatangkan. Rusa didatangkan ketika hutan di Pangandaran masih dijadikan kawasan perburuan pada tahun 1819 saat zaman Belanda. Tando, monyet, lutung dan opular merupakan hewan primer atau asli dari hutan Pangandaran.
Sementara itu, tumbuhannya 80 persen merupak tumbuhan sekunder dan 20 persen primer. Diantaranya terdapat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia fatma. Bentuknya hampir mirip dengan raflesia arnoldi. Jika diameter raflesia arnoldi bisa mencapai satu meter, diameter raflesia fatama kurang lebih 40-60 centi meter. Raflesia fatma merupakan tumbuhan parasit mutlak, ia hanya tumbuh di pohon kibarela Biasanya tumbuh di bulan agustus, namun sebenarnya pertumbuhannya tidak dapat ditentukan. Raflesia fatma tidak tumbuh di sembarang tempat, ia tumbuh di tempat yang jarang ditemui manusia, minimal satu kilo meter dari daerah yang sering dikunjungi.
Perekembangan hewan dan tumbuhan di kawasan konservasi Pangandaran pada umumnya bertambah. Pertumbuhan monyet khususnya yang sangat signifikan, oleh karena itu monyet  yang berada diluar kawasan konservasi tidak dilindungi. Begitupun dengan pertumbuhan rusa juga semakin banyak, karena itu kapasitas makanan mereka tidak terpenuhi di dalam hutan sehingga banyak rusa yang berkeliaran ke luar hutan mencari makanan. Terutama saat musim kemarau, rusa-rusa tersebut kadang-kadang memakan kertas nasi sampai sampah plastik. Warga disekitar tidak ingin mengganggu rusa-rusa yang keluar dari hutan tersebut karena dirasa merupakan daya tarik wisata. Jumlah rusa mencapai ratusan, sebagian dikirim ke Cirebon untuk menjaga kelestariannya.
Di dalam hutan juga terdapat satu gua buatan namanya gua Jepang peninggalan saat perang dunia kedua tahun 1942. Gua tersebut merupakan tempat persembunyian dan tempat pertahanan. Panjangnya dua puluh meter, di dalamnya terdapat kamar tahanan. Ada lima lokasi yang biasa dikunjungi termasuk gua Jepang tersebut, selain itu ada yang namanya situs kindu batu kalde peninggalan sejarah sejak 1600 tahun lalu dari kerajaan galuh Pangaoba, bisa dibilang anaknya galuh pakuan kerajaan di kabupaten Ciamis. Batu kalde menurut cerita rakyat merupakan penjelmaan dari seorang ksatria yang bernama Sapigumara atau Sapigumira untuk megenang jasa sekaligus simbol penjaga hutan dimana dulu hutan itu sebagai tempat mata pencaharian karena tanahnya yang subur. Ada pula yang namanya yoni simbol kecusian wanita hindu dan pasangannya lingga yang berbentuk batu.
            Dikutip kembali dari situs mypangandaran.com, Taman Wisata Alam Pangandaran mempunyai banyak legenda, seperti legenda Gua Parat. Gua ini dulu tempat bertapa dan bersemedi beberapa pangeran dari Mesir, yaitu Pangeran Kesepuluh (Syekh Ahmad), Pangeran Kanoman (Syekh Muhammad), Pangeran Maja Agung, dan Pangeran Raja Sumenda. Di dalam gua ini terdapat dua kuburan sebagai tanda bahwa di tempat inilah Syekh Ahmad dan Muhamad menghilang (tilem). Berikut beberapa gua lainnya yang ada di Tamn Wisata Alam Pangandaran: Gua Panggung, menurut cerita, yang berdiam digua ini adalah Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai Pancing Benar. Beliau merupakan anak angkat dari Dewi Loro Kidul dan ibunya menugaskan untuk menjaga lautan di daerah Jabar dan menjaga pantai Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, beliau disebut Embah Jaga Lautan. Gua ini dulunya merupakan keraton pertama Kerajaan Galuh. Sedangkan keraton yang kedua terdapat di Karang Kamulyan Ciamis. Raja Galuh adalah laki-laki (lanang) yang sedang berkelana. Cirengganis, cerita ini berawal dari adanya sebuah pemandian berupa sungai kepunyaan seorang raja bernama Raja Mantri. Pada suatu hari, Raja Mantri pergi untuk melihat-lihat pemandiannya. Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan para inangnya sedang mandi. Karena terdorong oleh perasaan hatinya, Raja Mantri mengambil pakaian Dewi Rangganis. Karena kesal, Dewi Rangganis kemudian berkata, barang siapa menemukan bajunya, bila perempuan akan dijadikan saudara dan bila laki-laki akan dijadikan suami.

Comments

  1. Wah, jadi pengen konservasi ke Pangandaran nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah berkunjung :) iya ayo main ke pangandaran dong.. :)

      Delete

Post a Comment