Berbagi materi seputar dunia ilmu komunikasi

Pengikut

Komunikasi Kewirausahawan: Wawancara tentang Kompepar Kabupaten Pangandaran


Narasumber: Bapak Edi Rusmiadi sebagai Ketua Kompepar Kabupaten Pangandaran

1.      Pengertian Kompepar
Bapak Edi memberikan penjelasan bahwa kompepar merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang dibentuk oleh pemerintah melalui dinas pariwisata. Sesuai dengan intruksi dari kemempar, kompepar ada di provinsi, kabupaten dan di tiap-tiap destinasi pariwisata. Dibentuknya kompepar tidak berdasarkan wilayah pemerintahan, melainkan per destinasi wisata bukan per kecamatan atau desa. Anggota kompepar terdiri atas tokoh masyarakat, pelaku usaha dan berbagai elemen yang ada di wilayah destinasi tersebut termasuk wilayah pemerintah setempat.

2.      Lama Pendirian Kompepar Kabupaten Pangandaran
Bapak Edi menuturkan bahwa, kompepar kabupaten Pangandaran sudah berdiri sejak lama menginduk ke pemerintah kabupaten Ciamis dan hanya ada di tiap DTW saja. Setelah Pangandaran memisahkan diri menjadi kabupaten baru, secara resmi kompepar kabupaten Pangandaran di bentuk pada tanggal 1 Mei 2015, maka terhitung sudah dua tahun lebih kompepar kabupaten Pangandaran berdiri.

3.      Peran Kompepar Kabupaten Pangandaran dalam Mengembangkan Kesenian dan Kebudayaan Pangandaran
      Bapak Edi menuturkan bahwa, kompepar berperan sebagai pendukung dengan cara memfasilitasi kegiatan-kegiatan budaya. Dalam kompepar terdapat bidang seni budaya yang dikhususkan untuk menginvertarisir kesenian-kesenian dan kebudayaan yang ada di masyarakat. Seperti kegiatan Hajat Leuwueng di desa Salasari kompepar ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi atau sharing bagaimana cara pengemasan acaranya. Beliau juga mengatakan bahwa ia sendiri memiliki pengalaman dalam bidang event organiezer, sehingga bisa memberikan saran secara teknis dalam proses dan tahapan produksi sampai pelaksanaan sebuah acara termasuk dalam pembuatan rencana anggaran, layout, dekorasi, juga kostum sehinggga sebuah acara bisa terlaksana dan memiliki keunikan tersendiri.

4.      Event yang Pernah Dilakukan dan Diikuti Oleh  Kompepar Kabupaten Pangandaran
Menurut Bapak Edi, kegiatan yang pernah dilaksanakan dam diikuti oleh kompepar kabupaten Pangandaran diantaranya:
Ø Hajat Laut, merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh kompepar kabupaten Pangandaran setiap satu tahun sekali. Dilaksanakan pada muharam atau tahun baru islam karena dinilai suci, khusunya pada hari Jumat Kliwon. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan cara memotong kepala kerbau yang kemudian di lempar ke laut, hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Pangandaran atas hasil laut yang mereka dapatkan.
Ø Pesona Purnama Pesisir yaitu pementasan seni tradisi berkaitan dengan adat kebiasaan disaat bulan purnama  biasanya masyarakat melakukan kegiatan yang di sebut “ngabungbang” yaitu keluar dari rumah dan melaksanakan kegiatan seperti anak-anak yang melakukan permainan tradisional, atau pun orang tua yang bercengkrama bersama. Konsepnya memang di dasarkan pada saat bulan purnama, sehingga dinamakan Pesona Purnama Pesisir. Tahun lalu kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dengan tema kesenian “buhun” yang ada di pesisir, pelakasanaannya mengikuti agenda milangkala kabuapten pada bulan Oktober. Untuk tahun ini rencanyanya akan diadakan kembali dengan tema “kaulinan barudak” pada bulan Juli dan sudah masuk ke agenda dinas pariwisata. Secara tanggal masih tentatif, bergantung pada purnamanya jatuh pada tanggal berapa namun pelaknsanakannya tetap di akhir pekan yaitu malam minggu, maka akan dicari minggu mana yang paling mendekati. Akan tetapi bapak Edi berharap pelaksanaannya bisa pas pada tanggal 14 bulan jawa.
Ø Festival Alam Seni Budaya Kampung Simpur yang dilaksanakan di DTW Jojogan, dalam hal ini kompepar kabupaten Pangandaran hanya sebagai supporter atau partisipan karena pelaksanaannya dilakulan oleh kompepar DTW Jojogan sendiri. Kegiatan ini bukan sebuah kegiatan yang diambil dari kebiasaan atau tradisi setempat, melaikan diciptakan atau sesuatu yang baru diadakan.
Ø Hajat Lewueung di desa wisata Salasari pada bulan Agustus, yaitu berupa kegiatan pagelaran seni tradisional, yang diproses dikhususkan pada kesenian yang ada di masyarakat disana.  Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengakamodir dan melestarikan apa yang menjadi kebiasaan orang tua jaman dulu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5.      Pelopor Kegiatan Kompepar di Kabupaten Pangandaran
Bapak Edi menyatakan bahwa, kegiatan-kegiatan yang dilakakukan dan diikuti kompepar kabupaten Pangandaran banyak dipelopori oleh beliau sendiri sebagai ketua kompepar kabupaten Pangandaran khususnya secara tradisi.

6.      Penghargaan yang Diperoleh Kompepar Kabupaten Pangandaran
Ø Peserta Forum Komunikasi Antar Pelaku Industri Pariwisata Tahun 2017 Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi
Ø Peserta Pelatihan Usaha Pariwisata Bidang Usaha Mice Tahun 2017 Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi
Ø Peserta Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Pedesaan Dan Perkotaan Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi
Ø Peserta sebagai Pengembang Pariwisata Di Indonesia Dari Traveloka Diberikan Kepada Kompepar Kabuapten Pangandaran.
Ø Peningkatan Produk Wisata Pedesaan dan Perkotaan Tahun 2015 Diberikan Kepada Kabupaten Pangandaran
Ø Perserta Konferensi Nasional Tata Kelola Destinasi Wisata Tahun 2015 Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi
Dan masih banyak lagi penghargaannya yang diterima oleh Kompepar kabupaten Pangandaran.

7.      Hambatan yang Dihadapi Kompepar Kabupaten Pangandaran dalam Menjaga dan Mengembangkan  Kebudayaan di Pangandaran
Bapak Edi menyatakan bahwa, banyak orang yang menentang dan sudah beberapa tahun meninggalkan tradisi yang biasa dilakukan pada pelaksanaan  kegiatan hajat laut. Ada tekanan dari pihak para ulama yang mengklaim trasidi hajat laut sebagai bentuk bid’ah karena adanya ritual di dalam pelaksanan proses hajat laut yang mana di dalam islam tidak ada istilah atau kegiatan ritual seperti yang biasa dilakukan dalam hajat laut. Beliau juga mengatakan Pemerintah pun tidak terlalu memberikan dukungannya secara materi, contohnya pada pelaksanaan hajat laut tahun lalu yang sama sekali tidak diberikan anggaran dana dari pemerintah. Pelaksaan hajat laut tahun lalu, anggarannnya di dapat murni dari penggalangan dana dari masyarakat Pangandaran yang masih ingin memepertahankan kegiatan hajat laut tersebut. Bapak Edi juga menuturkan bahwa pemerintah kurang bisa memfasilitasi permasalahan bid’ah tersebut.

8.        Strategi Mempromosikan Kesenian dan Kebudayaan Pariwisata oleh Kompepar
Menurut bapak Edi, cara mempromosikan kesenian dan kebudayaan Pariwisata di Pangandaran adalah dengan cara menjaga tradisi ritual dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan yang diadakan karena hal itu bisa menjadi daya tarik wisata dan merupakan sesuatu yang unik. Tradisi tidak bisa dilaksanakan setiap waktu, ini yang membedakatan tradisi dengan kesenian lain ronggeng misalnya. Tradisi berkaitan dengan ritual, karena waktu pelaksaannnya sudah ditentukan. Contohnya hajat laut, yang harus dilaksanakan pada bulan muharam dan hari Jumat Kliwon, hal ini akan menimbulkan pertanyaan mengapa harus pada bulan dan hari tertentu, dan itu merupakan sesuatu yang wajar.
Bapak Edi juga menuturkan bahwa, salah satu cara mempromosikan sebuah daerah wisata bisa juga dengan cara menciptakan sebuah event, seperti Festival Alam Seni Budaya di Jojogan. Akan tetapi untuk menciptakan sebuah event sehingga menjadi sebuah brand suatu daerah butuh waktu yang lama dan dilakukan secara terus-menerus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara terus menerus secara cepat atau lambat akan menarik perhatian  orang untuk melihat, sehingga berduyun-duyun datang ke Pangandaran. tentunya kegiatan tersebut juga harus didukung oleh pemerintah sehingga bisa terjaga dan diteruskan oleh generasi muda.

9.      Harapan Bapak Edi Rusmiadi Kepada Pemerintah Kabupaten Pangandaran
 Bapak Edi berharap pemerintah memberikan dukungannnya dalam melestarikan kebudayaan dan tradisi kabupaten Pangandaran, jangan samapai slogan lestarikan budaya hanya sebatas omongan saja tapi tidak ada pelaksasaan yang nyata. Beliau yakin bahwa apapun kegiatan kebudayaan yang dilakukan memiliki hal yang positif karena memang pada dasarnya kegiatan-kegiatan kebudayaan itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur. Hanya saja caranya yang berbeda karena keterbatasan pengetahuan orang-orang yang terdahulu, intinya yang diambil adalah subtansi yang positifnya dan diberikan penjelasan atau meluruskan bahwa tujuan utamanya adalah ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Adapun mengenai nama-nama tokoh yang disebutkan dalam ritual-ritual juga merupakan ucapan terima kasih karena memang dianggap berjasa dalam pengembangan suatau daerah tertentu, dalam hal ini daerah Pangandaran. Bapak Edi juga mengatakan bahwa ini tidak ada bedanya dengan kebiasaan kita mendoakan orang tua kita yang sudah tiada atau mengenang jasa para pahlawan umumnya, karena dibalik setiap hal itu pasti meiliki hikmah dan manfaatnya. Dengan adanya kegiatan ritual itu misalnya maka akan terjadi silaturahmi sehingga nilai-nilai budaya seperti kebersamaan, gotong royong akan terjaga. Kesenian merupakan hasil olah rasa, dan tidak terbentuk secara sembarangan tidak semua orang bisa menciptakannnya, oleh karena itu merupakan sesuatu yang wajar apabila kita memberika ucapan terima kasih terhadap para tokoh yang berjasa dalam kebudayaan dengan cara mendoakannnya.
Bapak Edi juga berharap pemerintah juga bisa lebih memperhatikan kesejahteraan para pelaku budaya, berikan jaminan kepada mereka sehingga bisa meneruskan generasi selanjutnya dengan cara memberikan uapah dari pelatihan yang mereka berikan. Atau pun event dengan secara berkala, sehingga mereka bisa fokus pada bidang seni budaya dan mendapatkan penghasilan yang cukup dari sana.

10.     Sikap Bapak Edi sebagai Ketua Kompepar mengenai Adanya Pencampuran Budaya
Menurut Bapak Edi, perkembangan jazam akan terus maju, di era globalisasi masyarakat dengan mudah bisa melihat budaya luar seperti budaya Barat dan Cina maupun juga budaya kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan sebagainya. Secara umum memang sangat terlihat perbedaannya dalam hal fisik, khusunya pakaiannya jika dibandingkan dengan kebudayaan di desa Salasari Pangandaran. Bapak Edi berharap perbedaan yang ada itu tidak berpengaruh terhadap kebiasaan di masyarakat Pangandaran, masyarakat tidak perlu meniru bagaimana cara orang luar berpakaian misalnya, tetapi tetap berpakaian seperti kebiasaan sendiri. Contohnya jika orang luar sering menggunakan celana jeans, maka masyarakat khususnya perempuan yang terbiasa menggunakan samping atau kebaya diharapkan tetap mengenakan samping dan kebaya. Akan tetapi hal itu tidak bisa diatur secara mudah karena hal itu merupakan ranah pribadi, maka setidaknya kebiasaan itu bisa dijaga melalui sebuah kegiatan atau event  yang diadakan oleh kompepar pemerintah kabupaten sampai komunitas budaya. Perubahan kabupaten Pangandaran menjadi suasana kota sangat dirasakan oleh bapak Edi, mulai fashion dan banyaknya hotel-hotel yang  telah dibangun dan itu semua merupakan tuntutan jazam. Tetapi kita bisa pererat dan perkuat penjagaan kebudayaan yang dimiliki melalui silaturahmi dan komunikasi dengan teman-teman dan saudara asli yang tinggal di Pangandaran baik sejak dulu maupun sekarang.

No comments:

Post a Comment

Sesame Street Elmo
Copyright © Jurnal Komunikasi. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design