gambar: google.com
Sosial
budaya merujuk pada dua segi kehidupan manusia yaitu kemasyarakatan dan
kebudayaan. Kemasyarakatan merupakan segi sosial yang mana di dalamnya terdapat
interaksi sebagai wujud adaptasi manusia dengan lingkungannya.
Winandi
(dalam Ibrahim, 2003) mendefenisikan struktur sosial sebagai seperangkat unsur
yang mempunyai ciri tertentu dan seperangkat hubungan diantara unsur-unsur
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat yang lahir, tumbuh, dan berkembangan dalam kehidupan bersama.
Sedangkan kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Koentjoroningrat (1990) merumuskan pengertian
budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Sosial
budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang diciptakan atau dihasilkan oleh
manusia untuk kelangsungan hidup bermasyarakat. Contoh dari sosial budaya
misalnya adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjaga nilai-nilai budaya
luhur bangsa seperti gotong royong, sopan santun, musyawarah dan lain
sebagainya yang sudah lama terbiasa dilakukan oleh masyarakat dan menjadi nilai
sosial. Sosial budaya dalam kehidupan masyarakat merupakan nilai luhur yang
bisa dijaga dengan baik akan tetapi karena sosial budaya merupakan sesuatu yang
diciptakan manusia itu sendiri maka kemungkinan nilai-nilainya bisa berubah
karena sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman dimana teknologi juga
memiliki perkembangan yang sangat cepat.
Perubahan
sosial dan budaya juga disebabkan oleh pengaruh atau masuknya unsur kebudayaan
baru atau asing baik yang disampaikan melalui media elektronik maupun bukan melalui
media elektronik. Ada masyarakat yang cenderung mempertahankan keadaan sosial
budaya yang sudah ada. Mereka melakukan hal tersebut karena unsur yang mereka
pertahankan dianggap sangat berguna bagi masyarakatnya atau berguna sebagai
pedoman hidup bersama. Maka, jika terjadi perubahan justru akan menggoyahkan
keseimbangan sistem sosial. Misalnya, beberapa siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) membentuk sebuah kelompok teman sebaya (peer group). Kelompok ini
biasanya melakukan banyak hal secara bersama-sama, misalnya mengerjakan tugas
yang diberikan guru, melakukan penelitian sederhana, dan sebagainya. Dalam
perkembangannya, kebiasaan beberapa siswa yang merokok menyebabkan siswa-siswa
lain pun ikut merokok. Mereka bahkan mulai lupa akan misi awal pembentukan
kelompok mereka dan mulai malas-malasan ke sekolah. Mereka juga sering terlibat
tawuran dengan siswa dari sekolah lain. Tentu masyarakat setempat kecewa dengan
cara hidup mahasiswa semacam ini. Mereka tidak mungkin akan bisa mengubah cara
dan pandangan hidup masyarakat desa. Masyarakat desa bahkan mengecam cara hidup
mahasiswa ini yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Ini adalah contoh
sederhana bagaimana masyarakat memilih mempertahankan nilai-nilai sosial dan
kebudayaannya daripada mengikuti perubahan cara hidup sebagaimana ditunjukkan
para mahasiswa. Di sini tampak sekali kecenderungan kuat dalam masyarakat untuk
mempertahankan beberapa unsur kebudayaannya dan menolak unsur-unsur kebudayaan
yang berasal dari kebudayaan lain. Unsur-unsur yang dipertahankan tersebut
ialah sebagai berikut:
1. Unsur
yang mempunyai fungsi vital dan sudah diterima luas oleh masyarakat. Misalnya,
sistem kekerabatan pada masyarakat suku bangsa Batak Karo dan Batak Toba.
Sistem kekerabatan dan solidaritas kekerabatannya mempunyai fungsi yang amat
penting bagi kedua suku bangsa tersebut. Oleh sebab itu, kedua suku bangsa ini
cenderung mempertahankan sistem kekerabatan mereka. Suku bangsa lain di
Indonesia pun mengalami hal yang sama. Kekerabatan memiliki fungsi sosial
sebagai perekat anggota marga. Karena itu, masyarakat akan menolak jika sistem
kekerabatan mereka diganti. Mereka juga akan berusaha mempertahankan sistem
kekerabatan dari ancaman pengrusakan pihak lain.
2.
Unsur yang diperoleh
melalui proses sosialisasi sejak kecil dan sudah terinternalisasi dalam diri
anggota masyarakat. Misalnya, makanan pokok masyarakat. Sebagian besar anggota
masyarakat Indonesia sejak kecil terbiasa makan nasi sebagai makanan pokok
mereka. Maka, meskipun beberapa golongan masyarakat mengenal makanan lezat dari
Cina, negara-negara Barat, dan negara-negara luar lainnya, masyarakat Indonesia
tetap mempertahankan nasi sebagai makanan pokok. Mereka tidak menggantikan nasi
dengan roti atau jenis makanan lainnya sebagai makanan pokok sehari-hari.Hal
yang sama juga terjadi dengan beberapa suku dan masyarakat di luar Jawa. Karena
sejak kecil orang Papua diperkenalkan dan terbiasa makan Sagu, mereka akan
terus mempertahankan jenis makanan ini. Kita akan melakukan kesalahan jika
memaksa masyarakat Papua mengganti makanan pokoknya dari sagu menjadi nasi.
3.
Unsur kebudayaan yang
menyangkut sistem keagamaan atau religi. Seperti kita ketahui, sebagian besar
penduduk Indonesia beragama Islam. Tetapi jauh sebelum datangnya agama Islam ke
Indonesia, agama Hindu dan agama asli Indonesia telah berkembang. Oleh karena
itu, meskipun sebagian besar penduduk Indonesia sudah memeluk agama Islam,
namun upacara-upacara yang kental dengan tradisi Hindu dan agama asli tetap
dijalankan. Misalnya, kalau salah seorang anggota keluarga muslim meninggal
dunia, pihak keluarga masih mengadakan selamatan untuk almarhum pada hari ke
tiga, hari ke tujuh, hari ke empat puluh, hari ke seratus, dan hari ke seribu,
setelah ia meninggal. Kebiasaan membakar kemenyan ketika ada yang meninggal
dunia juga masih dijumpai. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak ada dalam ajaran agama
Islam, tetapi sebagian umat Islam di Indonesia tetap melaksanakannya.
4. Unsur-unsur
yang menyangkut ideologi dan falsafah hidup. Tiap masyarakat memiliki ideologi
dan falsafah hidup yang dipegang teguh. Misalnya, bangsa Indonesia, tetap
dengan teguh mempertahankan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup
bangsa. Beberapa kali ada kelompok, baik yang datang dari dalam maupun dari
luar negeri, berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Namun
usaha-usaha tersebut tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Pancasila diterima
dan dipegang teguh sebagai ideologi bangsa yang dinilai sangat relevan dan
sesuai dengan cita-cita serta keingiinan masyarakat Indonesia khususnya.
Selain ada masyarakat
yang cenderung mempertahankan unsur-unsur kebudayaannya dengan berbagai faktor
yang menyebabkan mereka berbuat demikian. Namun, ada juga yang sebaliknya. Ada
masyarakat yang cenderung berubah dengan alasan-alasan pendukungnya. Mengapa
demikian? Kenyataan sosial sehari-hari yang dihadapi masyarakat bukanlah suatu
keteraturan yang kaku dan mutlak. Suatu perubahan dapat terjadi karena
faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor intern)
maupun faktor-faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) seperti yang sudah
kita pelajari sebelumnya. Kadang, suatu perubahan sosial dan kebudayaan memang
dikehendaki oleh suatu masyarakat sebab kehidupan memang terbuka bagi suatu
perubahan dan perbaikan. Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya
kecenderungan perubahan dalam masyarakat atau kebudayaan, di antaranya sebagai
berikut;
1. Rasa
tidak puas masyarakat atas keadaan dan situasi yang ada, sehingga muncul
keinginan untuk memperbaikinya agar menjadi lebih baik lagi sehingga memiliki
kemajuan.
2.
Kesadaran akan adanya
kekurangan dalam kebudayaan sendiri. Kesadaran ini mendorong masyarakat
melakukan berbagai usaha memperbaiki kekurangan dalam kebudayaannya.
3.
Pertumbuhan masyarakat
menyebabkan timbulnya keperluan, keadaan, dan kondisi baru. Karena itu,
masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
4.
Ada
kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi dengan sistem kebudayaan yang ada.
Oleh sebab itu, masyarakat mencari cara baru untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut dan solusinya hanya ada di dalam unsur tesebut..
5.
Bertambahnya kebutuhan
hidup yang didukung oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup lebih
sejahtera dan berkecukupan.
6. Sikap
terbuka dari masyarakat yang bersangkutan terhadap hal-hal baru, baik yang
datang dari dalam maupun dari luar, dan sikap toleransi terhadap hal-hal yang
menyimpang dari kebiasaan serta adanya hal positif yang dapat diterima oleh
masyarakat itu sendiri.
Kembali
pada saat ini dimana zaman perkembangan teknologi sangat pesat yang
memungkinkan unsur-unsur yang diinginkan atau tidak diinginkan akan tetap bisa
mempengaruhi atau langsung mengubah nilai dari sosial budaya yang sudah ada. Terlebih
dalam teknologi media sosial, semakin banyak jejaring sosial yang bermunculan
dan melakukan inovasi demi memberikan kemudahan bagi penggunanya. Media sosial bisa
diartikan sebagai media online yang dapat memudahkan komunikasi, berbagi dan
menciptakan isi yang bisa meliputi blog, microblog, jejaring social, media
virtual dan lain sebagainya.
Menurut
Chris Brogan (2010: 11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101Tactic and
Tips to Develop Your Business Online mendefinisikan sosial media sebagai
berikut: “Sosial media adalah satu set baru komunikasi dan alat kolaborasi yang
memungkinkan banyak jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang
biasa.”
Sekarang
ini, orang-orang hampir tidak bisa lepas dari penggunaan media sosial dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai sarana pekerjaan maupun hiburan. Media
sosial yang sangat erat dengan teknologi tentu memiliki dampak positif dan negatif
yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial budaya di masyarakat. Adapun manfaat
media sosial diantaranya:
1. Sebagai
sarana komunikasi sosial. Dengan adanya media sosial memudahkan orang-orang
dalam bertukar kabar dimanapun dan kapanpun melalui chat atau video call selain
itu juga bisa menambah pertemanan.
2. Sarana
informasi. Media sosial juga menyuguhkan berbagai informasi yang penyebarannya
bisa lebih cepat disbanding dengan media lain seperti televisi.
3. Sarana
hiburan. Banyak konten hiburan yang ada di media sosial, seperti halnya
tontonan di youtube.
4. Sarana
promosi. Banyak hal yang bias dipromosikan melalui media sosial mulai dari
karya sampai produk bisnis. Bahkan sekarang ini sudah banyak online shop yang
bermunculan.
5. Mengekspresikan
Diri. Salah satu contohnya adalah dengan mengupload video-video lucu dan
keseharian semacam vlog. Dan masih banyak lagi manfaat media sosial lainnya.
Adapun
dampak buruk dari sosial media bisa timbul karena kesalah penggunanya seperti
prilaku bullying, karena kebebasan berekspresi,
pornografi, cyber crime dan masih
banyak lagi. Fenomena yang terjadi terhadap para sebgram semacam “Awkarin”
contohnya.
Teknologi
media sosial yang juga merupakan hasil ciptaan manusia memberikan banyak
pengaruh yang mengakibatkan perubahan nilai sosial budaya di masyarakat. Adanya
media sosial menciptakan kebiasaan baru dan merubah perilaku sosial budaya yang
telah tercipta cukup lama di masyarakat. Contoh perubahan social budaya yang
terjadi akibat perkembangan media sosial adalah sebagai berikut:
1. Pakaian
Perubahan
mode pakaian pada masyarakat bisa disebabkan karena adanya media sosial yang
sering dimanfaatkan untuk keperluan bisnis dan promosi, banyaknya trend baru
yang diluncurkan oleh sebuah brand atau merk pakaian sekarang ini sangat menarik
minat masyarakat. Bahkan, dahulu semua
masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya, namun seiring dengan kemajuan dari
perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota
masyarakat mulai meninggalkan pakaian
adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu sendiri sampai
juga di dunia.
2. Model
Rambut
Sama
halnya dengan pakaian model rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung
merasa harus mengikuti trend tersebut jika tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Pengaruh trend model rambut
biasanya dipopulerkan oleh tokoh masyarakat seperti halnya selebriti melelui
media sosial.
3. Ekonomi
Perubahan
ekonomi tampak jelas pada sifat masyarakat, adanya media sosial yang mengubah
gaya hidup yang dulu cenderung hemat menjadi lebih hedonis. Masyarakat menjadi
lebih mudah tergoda mengenai hal-hal yang paling popular dan baru, sehingga
mereka akan selalu berusaha memenuhi keinginan mereka untuk memuaskan diri.
4. Kesenian
Jika
zaman dulu kita membutuhkan microphone, televise dan seperangkat alat koaroke
lainnya untuk bias berkaroke maka saat ini masyarakat sudah bias melakukan
karoke hanya dengan menggunakan aplikasi media sosial di handphonenya. Selain itu
munculnya media sosial seperti instagram sangat cocok sekali bagi pecinta
photografi. Mereka dapat memamerkan hasil karya photonya melalui media sosial.
5. Bahasa
daerah
Bangsa
Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah, namun banyak juga bahasa yang
mulai punah itu dapat disebabkan karena minat
untuk menggunakan bahasa daerahnya sendiri mulai menurun dengan kecenderungan
penggunaaan bahasa asing yang biasa digunakan dalam berkomunikasi di media
sosial.
6. Pendidikan
Dunia
pendidikan di Indonesia sudah pasti berkembang pesat seiring perkembangan
teknologi. Media sosial memberikan
perubahan yang buruk pada minat baca pelajar, namun media sosial juga bias
bermanfaat dalam melakukan diskusi online.
7. Cara
Berkomunikasi
Perubahan
pada cara berkomunika terlihat sangat signifikan. Dulu kita masih menggunakan telepon biasa
jika ingin berkomunikasi jarak jauh. Namun, dengan menggunakan media sosial
segalanya menjadi lebih praktis, bahkan kita tidak hanya dapat berbicara tetapi
juga dapat melakukan video call.
8. Prilaku
remaja
Media
sosial besar pengaruhnya terhadap prilaku remaja saat ini, adanya kebebasan
berekspresi membuat para remaja sangat mudah mengekspresikan diri melalui media
sosial. Hal yang mereka upload baik positif maupun negative akan banyak dilihat
oleh remaja lainnya yang akan mudah meniru apa-apa yang mereka lihat.
Masih banyak lagi
contoh perubahan sosial budaya yang dapat terjadi di masyarakat Indonesia. Bagaimana
pun, setiap perubahan selalu membawa serta akibat atau atau resiko yang datang.
Ada dua akibat perubahan yang utama, yakni terciptanya integrasi sosial dan
terjadinya disintegrasi sosial. Apapun resiko yang terjadi nantinya, perubahan
sosial sudah pasti akan terjadi. Karena perubahan merupakan sesuatu yang pasti
yang menjadi suatu tanda adanya kemajuan.
No comments:
Post a Comment