Berbagi materi seputar dunia ilmu komunikasi

Pengikut

Mempertimbangkan Kembali Industri Budaya



Istilah mass culture dan culture industry tidak lahir atau muncul dari massa itu sendiri secara spontan. Adanya perubahan istilah dikarenakan untuk menyadarkan kepada massa bahwa budaya yang ada bukan diciptakan oleh mereka, dimana sebelumnya banyak orang yang merasa hebat dengan istilah budaya massa karena menganggap mereka yang menjadi penentunya. Dalam industri ada standarisasi, rasionalisasi teknik distribusi dan proses produksi itu sendiri. Bahkan, media massa saat ini telah mengkombinasikan high culture dan low culture, contoh saat sebuah lagu dangdut populer yang dinyanyikan oleh Melinda berjudul “Cinta Satu Malam” dibawakan dengan aransemen jazz oleh penyanyi Afgan di sebuah acara musik televisi tanah air. Hal ini akhirnya yang membuat masyarakat saat ini dilanda oleh keseragaman yang sangat massif akibat trend yang diciptakan media.
Teknik dalam karya seni berbeda dengan istilah teknik dalam industri budaya. Teknik dalam karya seni berhubungan dengan objeknya secara langsung atau berada dalam wilayahnya sendiri. Contoh, teknik atau cara memahat yang baik dan benar saat membuat seni patung. Sedangkan teknik dalam industri budaya berada dalam eksternal, artinya bagaimana seni dapat dikomersialisaikan dalam sebuah indutri. Industri budaya memproyeksikan budaya dari atas melalui alat reproduksi mekanis untuk tujuan memelihara dominasi atas massa. Mereka menguasai dan mengendalikan konsumsi massa atas produk-produk yang dihasilkan. Dalam idustri budaya konsumen bukanlah raja, melainkan objek industri budaya. Mereka bukanlah subjek, melainkan objek itu sendiri.
Industri budaya memberikan ilusi dalam memberitahu dan melibatkan realita konsumen media massa yang dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan picik mereka sendiri. Industri budaya membentuk selera dan kecenderungan massa,  meskipun tampak tidak berbahaya sebetulnya memiliki bahaya. Adorno tidak menolak kenyataan bahwa masyarakat menginginkan produk industri budaya, bagi Adorno hal tersebut mencerminkan “indeks patologi masyarakat modern”  yang menyerah terhadap dominasi mesin. Masyarakat ditundukkan dan menjadi pasif. Kemampuan mengategorikan mereka ditumpulkan karena mereka sudah ditawarkan modus kebudayaan yang memuaskan bagi mereka. Bagi konsumen, tidak ada yang tersisa untuk diklasifikasi, karena klasifikasi sudah ditentukan sebelumnya oleh skema produksi. Masyarakat kehilangan imajinasi. Imajinasi mereka dibuat sangat dekat dengan realitas kerja mereka, mereka kehilangan kemampuan untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan lebih jauh. Kebutuhan mendasar dimanipulasi. Kebutuhan-kebutuhan mereka seakan hanya bisa dipenuhi oleh komoditas-komoditas yang diproduksi oleh kapitalisme. Contoh kebutuhan untuk bisa tampil stylish yang dicipkatan produsen dan media massa untuk menipu masyarakat membeli produk mereka yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan.

No comments:

Post a Comment

Sesame Street Elmo
Copyright © Jurnal Komunikasi. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design