Berbagi materi seputar dunia ilmu komunikasi

Pengikut

Tri Darma Perguruan Tinggi serta 4 Peran dan Fungsi Mahasiswa

Tri Darma Perguruan Tinggi serta 4 Peran dan Fungsi Mahasiswa

TRI DARMA PERGURUAN TINGGI


unsplash.com/@rizsam

1.       Pendidikan dan pengajaran
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa da negara.
2.       Penelitian dan pengembangan
Yakni pengembangan ilmu dan teknologi sebagai suatu proses pembelajaranuntuk memperoleh suatu perubahn-perubahan yang akan membawake arah yang lebih maju dan terdepan.
3.       Pengabdian kepada masyarakat
Pengabdian kepada masyarakat adalah aktivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan  dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehisupan bangsa.
Mahasiswa harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu berkomunikasi nyata, sebagai penyambung lidah rakyat dan agent of change.


4 Peran dan Fungsi Mahasiswa

1.       Sebagai Iron Stock, mahasiswa harus bisa menjadi pengganti orang-orang yang memimpin di pemerintah nantinya, berarti mahasiswa akan menjadi generasi penerus untuk memimpin bangsa ini.
2.       Agent of change, mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan. Maksudnya, bila ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya.
3.       Social control, mahasiswa harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkngan sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
4.       Moral force¸mahasiswa diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila dilingkungan sekitar terjadi hal-hal yang tidak beroral, maka mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai denga apa yang diharapkan.

Mempertimbangkan Kembali Industri Budaya

Mempertimbangkan Kembali Industri Budaya


Istilah mass culture dan culture industry tidak lahir atau muncul dari massa itu sendiri secara spontan. Adanya perubahan istilah dikarenakan untuk menyadarkan kepada massa bahwa budaya yang ada bukan diciptakan oleh mereka, dimana sebelumnya banyak orang yang merasa hebat dengan istilah budaya massa karena menganggap mereka yang menjadi penentunya. Dalam industri ada standarisasi, rasionalisasi teknik distribusi dan proses produksi itu sendiri. Bahkan, media massa saat ini telah mengkombinasikan high culture dan low culture, contoh saat sebuah lagu dangdut populer yang dinyanyikan oleh Melinda berjudul “Cinta Satu Malam” dibawakan dengan aransemen jazz oleh penyanyi Afgan di sebuah acara musik televisi tanah air. Hal ini akhirnya yang membuat masyarakat saat ini dilanda oleh keseragaman yang sangat massif akibat trend yang diciptakan media.
Teknik dalam karya seni berbeda dengan istilah teknik dalam industri budaya. Teknik dalam karya seni berhubungan dengan objeknya secara langsung atau berada dalam wilayahnya sendiri. Contoh, teknik atau cara memahat yang baik dan benar saat membuat seni patung. Sedangkan teknik dalam industri budaya berada dalam eksternal, artinya bagaimana seni dapat dikomersialisaikan dalam sebuah indutri. Industri budaya memproyeksikan budaya dari atas melalui alat reproduksi mekanis untuk tujuan memelihara dominasi atas massa. Mereka menguasai dan mengendalikan konsumsi massa atas produk-produk yang dihasilkan. Dalam idustri budaya konsumen bukanlah raja, melainkan objek industri budaya. Mereka bukanlah subjek, melainkan objek itu sendiri.
Industri budaya memberikan ilusi dalam memberitahu dan melibatkan realita konsumen media massa yang dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan picik mereka sendiri. Industri budaya membentuk selera dan kecenderungan massa,  meskipun tampak tidak berbahaya sebetulnya memiliki bahaya. Adorno tidak menolak kenyataan bahwa masyarakat menginginkan produk industri budaya, bagi Adorno hal tersebut mencerminkan “indeks patologi masyarakat modern”  yang menyerah terhadap dominasi mesin. Masyarakat ditundukkan dan menjadi pasif. Kemampuan mengategorikan mereka ditumpulkan karena mereka sudah ditawarkan modus kebudayaan yang memuaskan bagi mereka. Bagi konsumen, tidak ada yang tersisa untuk diklasifikasi, karena klasifikasi sudah ditentukan sebelumnya oleh skema produksi. Masyarakat kehilangan imajinasi. Imajinasi mereka dibuat sangat dekat dengan realitas kerja mereka, mereka kehilangan kemampuan untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan lebih jauh. Kebutuhan mendasar dimanipulasi. Kebutuhan-kebutuhan mereka seakan hanya bisa dipenuhi oleh komoditas-komoditas yang diproduksi oleh kapitalisme. Contoh kebutuhan untuk bisa tampil stylish yang dicipkatan produsen dan media massa untuk menipu masyarakat membeli produk mereka yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan.

Industri Budaya: Memahami pemikiran Theodor Adorno dan Frankfurt-ian tentang Budaya Populer

Industri Budaya: Memahami pemikiran Theodor Adorno dan Frankfurt-ian tentang Budaya Populer

Mahzab Frankfurt merujuk pada sekolah secara fisik maupun mahzab atau aliran pemikiran yang didirikan pada 1923 oleh Theodor Adorno dan Max Horkheimer. Fungsinya sebagai pengembangan teori dan penelitian kritis yang menjadi kritik teoritis terhadap kapitalisme modern dimana kebudayaan dan ideologi memiliki kedudukan serta arti penting. Tokoh intelektual yang terkenal dalam konteks ini adalah Theodor Ardono, Max Horkheimer, Eric Fromm, Herbert Mercuse dan Walter Benjamin.
Modus utamanya adalah kritik terhadap zaman pencerahan, dimana pada saat itu ilmu pengetahuan dan rasionalitas telah menindas kebebasan manusia. Ardono dalam buku The Culture Industry; Enlightement as Mass Deception mendapatkan pengaruh dari beberapa tokoh yaitu teori Karl Marx tentang alienasi dan fetisisme komoditas, Max Weber  tentang Intrumental Reason dan George Lukacs tentang reifikasi atau objektifikasi kesadaran dimana benda estetis menjadi ekonomis. Dalam bukunya One Dimensional Man, Herbert Marcuse tahun 1964 menjelaskan mengenai repersi sosial, control social, false needs atau kebutuhan palsu dalam mass media serta bagaimana manusia kehilangan kemanusiannya dan menjadi mesin konsumeris. Contoh seperti bagaimana orang-orang saat ini rela membeli tas-tas branded  dengan harga jutaan bahkan ratusan juta, padahal fungsinya sama saja dengan tas biasa dengan harga yang jauh lebih murah.
Di era Fordism pada tahun 1940 sampai dengan 1970-an, orientasi pada produksivitas menciptakan budaya produksi massal yang membuat produk menjadi terstandarisasi dan para pekerja buruh terspesialisasi. Artinya barang yang dihasilkan memiliki jumlah yang banyak, serupa dan para pekerja hanya terpaku pada bagian pekerjaannya masing-masing saja (sesuai jobdesc). Sedangkan di era post Fordism yang terjadi di akhir 1970-an, orientasi berubah pada pelayanan, produk menjadi beragam karena adanya fragmentasi dengan pasar yang tersegmentasi.
Fetisisme komoditas dilatarbelakangi oleh adanya pergeseran yang terkait dengan aspek budaya, dimana nilai tukar suatu benda melampaui nilai manfaat. Asas pertukaran memaksakan kekuatannya secara khusus dalam dunia benda-benda budaya. Contoh saat memposting sebuah tiket konser pertunjukan musik di media sosial menjadi lebih penting dibandingkan dengan menikmati pertunjukkan itu sendiri.
Musik pop yang dihasilkan oleh industri didominasi oleh dua proses, yakni standarisasi dan individualisasi semu. Standarisasi merupakan kemiripan antar satu lagu pop dengan lagu pop yang lainnya. Sedangkan individualisasi semu merupakan perbedaan-perbedaan yang sifatnya kebetulan, yakni bagaimana standarisasi bisa disamarkan. Contohnya pada perfilman di Indonesia, khususnya film-film horor yang mengangkat tema serupa dengan alur yang bisa atau mudah ditebak, perbedaannya hanya terletak pada rangkaian alur dan penokohannya saja.

Ideologi, Budaya, Budaya Populer dan Makna Kontekstual

Ideologi, Budaya, Budaya Populer dan Makna Kontekstual



Ideologi merujuk pada kumpulan ide sistematis yang diartikulasikan oleh sekelompok orang tertentu.  Ideologi juga bisa diartikan sebagai topeng distorsi atau penyembunyian tertentu yang digunakan untuk menunjukkan bagaimana beberapa teks praktik menyajikan gambar realitas yang terdistorsi. Semua teks pada alibinya bersifat politis. Artinya mereka menawarkan signifikasi ideologis yang bersaing tentang cara dunia seharusnya. Menurut Roland Bartes, ideologi berpotensi pada tingkat konotasi, makna sekunder yang seringkali tidak disadari dan dibawa oleh teks dan praktek atau dapat dibuat untuk dibawa. Menurut Louis Arthusser, ideologi tidak hanya sebagai tubuh ide, tetapi sebagai praktik material. Maksudnya ideologi dijumpai dalam praktek sehari-hari, tidak hanya dalam ide-ide tertentu tetapi juga tentang kehidupan sehari-hari.
Istilah Budaya menurut Raymond Williams (1983), terdiri ata beberapa konteks berikut, yakni; proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estetika. Sebagai cara hidup tertentu dan sebagai praktik dan penandaan makna. Sedangkan istilah popular menurut Williams (1983), merujuk ada beberapa pengertian berikut ini; disukai banyak orang, indie (kecil dan mandiri), hiburan (menyenangkan orang-orang), dan dibuat oleh masyarakat untuk mereka sendiri.
Adapun pengertian budaya populer, diantaranya yaitu budaya yang disukai banyak orang (sedang viral), contohnya K-POP, meme, dan lain sebagainya. Budaya populer juga bisa dikatakan sebagai sisa (residu) dari budaya elit atau tinggi (budaya superior), yang disebut dengan budaya inferior. Contoh budaya tinggi pada kalangan cendikiawan atau bangsawan dan terpelajar adalah kesukaan mereka terhadap musik klasik, sedangkan budaya rendah terdapat pada kalangan rakyat biasa  yang diwakili dengan musik pop. Budaya populer dianggap juga sebagai media massa, yakni budaya komersial yang tanpa harapan. Diproduksi dan dikonsumsi secara massal, dimana audiensnya adalah massa konsumen yang tidak diskriminatif. Budaya populer dianggap pelarian atau sebagai fantasi publik. Contohnya ketika banyak meme khalayan tentang liburan dirumah saja saat orang pergi berlibur ke luar negeri. Budaya populer berasal dari rakyat dan dapat mewakilinya. Contoh lagu-lagu Iwan Fals yang banyak menyalurkan aspirasi rakyat. Mengacu pada analisis Marxist Italia, Antonio Gramsci, khususnya pada perkembangan hegemoni, yakni bagaiamana hegemoni ada dimana-mana. Budaya populer adalah yang diinformasikan oleh pemikiran baru-baru ini, seputar perdebatan tentang postmodernis, bagaiamana budaya populer mudah digantikan dengan yang lebih baik dan lebih baru. Seperti bagaiamana dulu musik melayu sempat menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia yang akhirnya tergantikan dengan musik rap atau EDM di masa kini.
Kesimpulannya, bahwa budaya populer adalah budaya yang hanya muncul setelah industrialisasi dan urbanisasi. Budaya populer dalam hal lain saat ini sudah tidak lagi marjinal, justru menjadi panggung utama dan kajian penting dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya mempelajari teks di TV, Film, dan lain-lain. Selain itu, dapat mempelajari budaya serta praktik dalam kehidupan, contohnya gaya hidup dan penampilan yang mengikuti trend artis Kpop. Contoh-contoh budaya populer lainnya sebagai budaya inferior adalah popular press, polular cinema, dan popular entertainment yang bertentangan dengan budaya superior yaitu quality press, art cinema dan art itu sendiri.
Kontekstualitas makna penting untuk bisa memahami arti suatu hal. Kata konteks berasal dari bahasa Inggris yang juga berasal dari kata Latin contextus, yang berarti bergabung bersama, dan contexere, yang berarti menenun bersama. Konteks adalah teks-teks lain yang membuat teks tertentu sepenuhnya bermakna. Teks-teks lain ini bergabung bersama dengan teks yang dimaksud untuk menghasilkan makna. Namun, konteks tidak boleh dianggap sebagai hanya teks yang digabungkan dengan teks lain. Ketika mencoba memahami sebuah teks, selalu hadir serangkaian praduga yang menyediakan kerangka kerja untuk analisis. Asumsi ini membantu membangun konteks spesifik untuk pemahaman tentang teks tertentu dan disatukan di sekitar teks yang akan dianalisis.
Teks tidak memiliki makna intrinsik; makna adalah sesuatu yang diperoleh teks dalam konteks tertentu. Dengan kata lain, tidak ada 'teks itu sendiri' yang tidak terganggu oleh konteks dan aktivitas pembaca: teks selalu dibaca dan dipahami dalam kaitannya dengan teks lain. Tetapi suatu konteks hanya merupakan perbaikan sementara dari makna, karena konteks mengubah makna. Contohnya, penggunaan kata 'itu' berkali-kali selama seharian dan pada setiap kesempatan apa yang dirujuk, apa yang digabungkan mungkin berbeda.
Teks-teks yang membentuk konteks dapat berupa apa saja yang memungkinkan dan membatasi makna. Misalnya, menonton televisi jarang seperti membaca buku. Kita cenderung membaca dalam keheningan ketika kita berkonsentrasi pada kata-kata di halaman, makan, minum, mengobrol, bermain dengan anak-anak, merapikan, dan berbagai kegiatan lainnya adalah hal yang sering menemani menonton televisi. Ini adalah konteks untuk sebagian besar menonton televisi, kecuali kita menganggapnya serius, kita tidak akan mengerti apa yang kita sebut 'menonton ‘televisi.’ Kita tentu saja tidak boleh menganggap konteks sebagai sesuatu yang stabil dan tetap, menunggu secara pasif untuk dimasukkannya teks tertentu. Sama seperti konteks memungkinkan dan membatasi makna teks, teks membatasi dan memungkinkan makna konteks adalah hubungan yang aktif dan interaktif.

Apa yang Harus di Audit dalam Komunikasi Virtual Perusahaan



1.    Volume email yang dikirim dan diterima
Ada dua cara utama di mana volume komunikasi email dikirim oleh seorang karyawan dapat dimonitor. Pertama, pengguna dapat diminta untuk melaporkan sendiri penggunaan email. Sebagai contoh, Dabbish dan Kraut (2006, p. 434) bertanya kepada mereka para responden untuk menjawab tiga pertanyaan kunci:
a.         Berapa banyak pesan email baru yang Anda terima dalam 24 jam terakhir?
b.        Berapa banyak pesan email baru yang telah Anda baca dalam 24 jam terakhir?
c.         Berapa banyak pesan email yang telah Anda kirim dalam 24 jam terakhir?
Meskipun laporan diri dapat memberikan metode cepat untuk memastikan level komunikasi email, tetapi komunikasi ini bisa bersifat subjektif dan terbuka untuk distorsi. Untuk memberikan ukuran yang lebih objektif, perangkat lunak dapat digunakan untuk merekam tingkat aktivitas email dalam jangka waktu yang diberikan. Meskipun ini memberikan angka taman bermain sehubungan dengan penggunaan email, itu tidak memungkinkan kesesuaian komunikasi diukur.
Untuk melakukan ini, organisasi mungkin perlu mengakses dan menilai konten email individu. Proses semacam itu menimbulkan etika dan masalah praktis yang penting. Harus diakui, pertama, bahwa pengawasan yang signifikan terhadap karyawan penggunaan teknologi e-komunikasi sudah terjadi. Pfeffer (2007) mengutip sejumlah penelitian untuk menunjukkan bahwa 60% dari pengusaha AS menggunakan perangkat lunak untuk memantau email masuk dan keluar. Hampir seperempatnya memecat orang karena melanggar kebijakan yang ada, sementara 65% menggunakan perangkat lunak untuk memblokir akses ke beberapa situs web. Masalah etika di sini adalah bahwa mengakses konten email karyawan dapat melanggar privasi mereka, dengan menciptakan lingkungan di mana individu secara efektif dimata-matai. Ini dapat membuat komunikasi yang jujur tentang masalah tempat kerja tidak mungkin. Apalagi garis pemisah antara kehidupan pribadi dan publik menjadi semakin kabur, sebagai beban kerja telah diintensifkan dan orang-orang bekerja lebih lama.
E-teknologi tidak hanya memungkinkan memiliki banyak kegunaan untuk bekerja dari rumah tetapi juga membuat off-site dan sebuah harapan dalam banyak pekerjaan. Ini semakin menekan kemampuan orang untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkait dengan pekerjaan ketika jauh dari tempat kerja, dan dipaksa banyak yang melakukan bisnis yang sepenuhnya pribadi, termasuk mengirim email pribadi, dari sistem berbasis kerja. Di antara pertanyaan etis yang diajukan adalah: Apakah masuk akal bagi perusahaan untuk mengharapkan staf mereka bekerja lebih lama dan melakukannya dari rumah, sementara bersikeras bahwa tidak ada unsur kehidupan pribadi mereka yang mengganggu ketika mereka berada di tempat kerja formal mereka?
Dalam istilah praktis, mungkin juga pendekatan semacam itu kontraproduktif. Pengawasan organisasi dapat membuat sangat sulit untuk menciptakan iklim kepercayaan. Selain itu, teori reaktansi psikologis mendalilkan yang dilarang perilaku menjadi lebih diinginkan, sehingga meningkatkan kebencian pada ketidakmampuan kita untuk melakukan itu (Brehm dan Brehm, 1981; Miller et al., 2006). Ini dapat memicu berbagai bentuk respons resistensi yang lebih merusak dari perilaku pengawasan dirancang untuk memeriksa. Karena itu kami akan melakukannya mendesak para manajer untuk mempertimbangkan dengan sangat hati-hati pengorbanan yang terlibat dalam investigasi masalah seperti konten email, dan di atas semuanya cukup eksplisit kebijakan apa pun yang pada akhirnya diterapkan.
2.        Ketepatan dan relevansi email
Angka-angka pada penggunaan email tidak memberitahu seberapa relevan konten emailnya jika informasinya bermanfaat, dan apakah itu membantu karyawan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Untuk mendapatkan tingkat detail organisasi ini perlu menggunakan metodologi yang memungkinkan seperti:
a.       Apakah email itu bentuk SPAM?
b.      Apakah pengguna dapat mengidentifikasi konten dari informasi 'header' dan kemudian membuat keputusan cepat tentang relevansinya?
c.       Apakah alamat email penerima dalam ‘salin ke’ (cc - untuk menunjukkan hanya informasi) atau baris ‘to’ (untuk menunjukkan tindakan)?
d.      Apakah informasi itu relevan dengan karyawan?
e.       Apakah tugas komunikasi terkait di seluruh organisasi atau pribadi?
f.       Apakah email dengan prioritas tinggi dan apakah itu termasuk yang sesuai status prioritas?
g.      Apakah konten email memperkuat atau merusak hubungan?
h.      Apakah email membantu meningkatkan horizontal, vertikal atau diagonal komunikasi?
3.        Internet dan surfing intranet
Salah satu masalah utama yang terkait dengan penggunaan Internet adalah potensi karyawan untuk berselancar untuk kegiatan selain yang terkait dengan pekerjaan. Kami akan mengulangi masalah etika yang kami bahas di atas dalam diskusi kami tentang audit email. Namun, di luar itu, korporasi memiliki kewajiban untuk mencegah kegiatan Internet yang merusak atau ilegal, seperti mengakses situs web pornografi anak dan menyimpan materi terkait di komputer perusahaan. Dengan demikian pedoman yang jelas harus ada mengenai sejauh mana akses pribadi diizinkan. Ini memberikan patokan dari mana karyawan dapat dinilai dari kesesuaian selancar mereka. Mengingat ini dipahami dengan jelas, alat pemantauan perangkat lunak sekali lagi dapat digunakan untuk menetapkan berapa lama pengeluaran karyawan di Internet dan situs apa mereka mengakses. Tantangan dari ini adalah untuk menjadi jelas tentang relevansi situs web yang dikunjungi dan seberapa dekat hubungannya dengan pekerjaan. Beberapa organisasi selangkah lebih maju dengan menolak akses ke situs tertentu yang biasa digunakan seperti Ebay atau Facebook untuk mencegah beberapa tingkat penyalahgunaan, sementara yang lain menetapkan waktu, seperti istirahat makan siang, di mana karyawan dapat terlibat penggunaan pribadi. Seperti yang akan dilihat di bawah, ini menimbulkan beberapa pertanyaan terkait mempercayai.
4.        Beban
Salah satu keluhan paling umum yang berkaitan dengan email, seperti dijelaskan di atas, adalah volume informasi yang luar biasa yang dapat dimuat di dalam kotak. Penting untuk memahami apakah informasi yang disertakan dalam email, atau melalui situs intranet, bisa dikomunikasikan melalui cara yang lain. Ini memungkinkan organisasi untuk menetapkan apakah kelebihan beban, atau memang underload, sedang terjadi. Dabbish dan Kraut (2006) mengukur dampak memuat email menggunakan tujuh item pada skala Likert 5 poin:
a)      Saya dapat menangani email saya secara efisien.
b)      Saya kesulitan menemukan informasi di email saya.
c)      Saya dapat dengan mudah menangani jumlah email yang saya terima.
d)     Saya terkadang ketinggalan informasi atau pesan penting.
e)      Saya membalas pesan yang saya butuhkan dengan cepat.
f)       Berurusan dengan email saya mengganggu pekerjaan saya yang sedang berlangsung.
g)      Saya merasa berurusan dengan email luar biasa.
Masing-masing dapat diadaptasi dan diterapkan pada elemen lain dari e-komunikasi.
5.    Apakah frekuensi email sering menjadi flame mails
Mungkin perlu melatih orang untuk merenungkan pesan yang mereka tulis sebelum mereka mengirimnya, dan pertimbangkan apakah saluran lain lebih tepat untuk menangani masalah tertentu. Protokol untuk yang efektif dan penggunaan email yang beradab semakin dikembangkan dan harus diedarkan kepada staf (O’Kane et al., 2004). Dengan menyelidiki isi email melalui analisis buku harian (lihat Bab 6) atau teknik insiden kritis (lihat Bab 8), pola email negatif dapat diidentifikasi.
6.    Bagaimana e-komunikasi melengkapi atau menggantikan saluran komunikasi yang lain
Sangat penting bahwa e-komunikasi tidak sepenuhnya menggantikan interaksi F2F antara kolega, atau antara manajer dan staf mereka. Sebagai aturan praktis, jika audit menunjukkan bahwa email telah menjadi saluran komunikasi utama untuk menangani masalah-masalah penting, kemungkinan besar terlalu banyak ‘momen kemanusian hilang. Ini akan melemahkan budaya organisasi yang berlaku. Karena itu mungkin sudah saatnya untuk meninjau kembali prinsip pertama. Sebagai bagian dari proses ini, itu mungkin juga bermanfaat untuk menciptakan peluang khusus untuk komunikasi F2F. Hallowell (1999), misalnya, mengutip seorang CEO yang mengharuskan semua karyawan bekerja dari rumah datang ke kantor sebulan sekali untuk beberapa hal yang tidak terstruktur menghadapi waktu. Diperlukan lebih banyak penelitian tentang dampak inisiatif tersebut.
7.    Pengembalian investasi
Premis dasar dari setiap strategi komunikasi adalah bahwa strategi itu harus diperkuat performa bisnis. Tanpa ini, efek sampingnya (yaitu biaya) lebih besar daripada apa pun keuntungan yang diperoleh dari perawatan. Mereka bahkan mungkin menjadi beracun. Demikian Aplikasi internet, intranet, dan ekstranet harus meningkatkan penjualan, produktivitas dan daya saing. Dalam perjalanan, efektivitasnya dapat dinilai dengan apakah mereka memberikan peningkatan di bidang-bidang seperti:
a.       manajemen pesanan
b.      kolaborasi antar departemen
c.       pelayanan pelanggan
d.      akses basis data
e.       manajemen persediaan.
Setiap organisasi harus memilih indikator dan ukuran efektivitas intranet kinerjanya sendiri oleh tolok ukur ini.

B.  Cara Mengaudit
Mengingat gambaran di atas alat komunikasi elektronik utama dan masalahnya untuk diukur, langkah selanjutnya adalah memilih alat audit yang tepat untuk dipenuhi tujuan pengukuran spesifik. Pendekatan yang tepat diadopsi, seperti itu sering, tergantung pada kebutuhan organisasi, waktu yang diizinkan audit dan sumber daya yang tersedia.
1.        Kuisioner
Banyak kuesioner telah dikembangkan untuk mengukur berbagai aspek komunikasi elektronik (lihat Tabel 9.1). Masing-masing dapat digunakan atau disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan organisasi individu. Selain itu, seperti semua kuesioner, organisasi dapat mengembangkan survei untuk memenuhi kebutuhan spesifik, tetapi ini dapat menjadi proses yang memakan waktu (lihat Bab 3). Alternatif yang baik adalah menggunakan modifikasi instrumen audit yang ada seperti Kuesioner Kepuasan Komunikasi, atau instrumen Audit Komunikasi ICA (lihat Lampiran) di mana pengguna dapat diminta untuk mengidentifikasi berapa banyak informasi tentang topik atau tugas tertentu yang mereka kirim dan terima melalui email, internet dan alat komunikasi elektronik lainnya. Kuesioner penelitian pasar juga dapat digunakan untuk memahami bagaimana pelanggan melihat kedua organisasi situs web dan interaksi email mereka. Selain itu, dengan menggunakan kuesioner ECCO (lihat Bab 6), suatu organisasi dapat memperoleh perincian spesifik tentang cara di mana informasi dikomunikasikan melalui saluran elektronik.
2.        Wawancara
Wawancara (lihat Bab 4) juga dapat digunakan untuk mengevaluasi komunikasi. Demikian O’Kane et al. (2007) menggunakan sampel target wawancara mendalam untuk mengaudit email dalam perusahaan penerbangan besar. Mereka berpendapat bahwa teknik ini memungkinkan auditor untuk mendapatkan manifestasi di bawah permukaan untuk ‘membangun“ deskripsi tebal ”dari tema-tema yang relevan’ (hlm. 313) muncul dari tanggapan orang yang diwawancarai. Tentu saja kombinasi teknik juga bermanfaat. Misalnya, O'Kane dan Hargie (2004) menggunakan kombinasi dari kuesioner yang dirancang khusus dan wawancara mendalam untuk diaudit sistem email dan intranet di perusahaan manufaktur Norwegia. Mereka menemukan bahwa kedua metode saling melengkapi, dan bersama-sama menyediakan data yang tidak akan dihasilkan oleh metode individual.
3.        Analisis Buku Harian
Analisis buku harian dapat memungkinkan karyawan untuk merefleksikan secara mendalam tentang email harian mereka dan penggunaan Internet (lihat Bab 6). Ini akan memfasilitasi analisis masalah terkait dengan ketepatan waktu, kelebihan, relevansi dan kemudahan menemukan informasi. Sehubungan dengan ini, peserta dapat diminta untuk melampirkan salinan kunci email yang kemudian dianalisis kontennya untuk mengidentifikasi bagaimana dan dengan cara apa email sedang digunakan.
4.        Mystery Shopping
Mystery shopping dapat disesuaikan dengan konteks email (lihat Bab 6). Disini, seorang pengirim email misterius mengirim sejumlah pesan ke suatu organisasi. Tanggapan kemudian dapat diukur sepanjang dimensi seperti ketepatan waktu, keinformatifan, relevansi dan keramahan. Dalam konteks Internet, pembeli misteri mencatat aktif untuk menemukan informasi spesifik dan melaporkan daya tarik situs, kemudahan penggunaan, semua tautan yang rusak, atau informasi yang tidak akurat, ketinggalan zaman, atau tidak relevan.
5.        CIT (Critical Incident Technique)
Teknik insiden kritis (lihat Bab 8) memungkinkan perusahaan untuk menilai contoh komunikasi email yang sangat baik dan buruk, dan memungkinkan analisis ini untuk membentuk dasar dari kebijakan penggunaan yang dapat diterima. Juga teknik ini dapat digunakan untuk menilai pengalaman positif dan negatif pengguna dengan aspek Internet dan intranet perusahaan.
6.        Analisis Jejaring Sosial
Email dan Internet (khususnya situs jejaring sosial dan blog) memungkinkan hubungan informal baru untuk dikembangkan. Ini dapat mengubah pola interaksi kita sehari-hari, dan dapat berperan dalam menentukan struktur organisasi. Untuk memahami hal ini, analisis jejaring sosial dapat dilakukan (lihat Bab 7). Bahkan, perangkat lunak khusus dapat menganalisis komunikasi email karyawan untuk mengidentifikasi di mana letak hubungan yang lebih kuat dan lebih lemah (mis. www.trampolinesystems.com/). Ini telah digunakan untuk menginterogasi Basis data Enron, dengan hasil menarik tentang siapa yang berbicara siapa tentang topik apa. Sekali lagi, analisis semacam itu membuka perdebatan terkait untuk mempercayai, memantau dan hukum (dibahas di bawah).
7.        Perangkat Lunak
Dalam studi mereka tentang gangguan email, Jackson et al. (2003) memanfaatkan remote merekam layar karyawan menggunakan Windows Virtual Network Computing (Menangkan VNC), untuk mendapatkan waktu reaksi dan respons mereka. Secara khusus, mereka mampu menggunakan informasi yang diperoleh untuk menilai seberapa cepat karyawan bereaksi terhadap komunikasi email, waktu yang mereka habiskan untuk membaca email dan berapa lama mereka untuk melanjutkan aktivitas mereka sebelumnya setelah berurusan dengan email. Perangkat lunak lain dapat mengidentifikasi situs-situs Internet yang tidak menyenangkan dan aktivitas email tidak biasa, menangkap kata-kata ofensif, dan sebagainya (Urbaczewski dan Jessup, 2003). Meskipun pemantauan semacam itu menimbulkan banyak dilema (lihat di bawah), itu benar memberikan organisasi dengan gambar waktu yang dihabiskan untuk bereaksi terhadap dan berurusan dengan komunikasi email selama jam kerja, serta indikasi dari apa yang didiskusikan karyawan. Namun, tidak memberikan indikasi pentingnya atau urgensi pesan email. Metode lain ditinjau di atas mungkin merupakan tempat terbaik untuk melakukan ini. Sehubungan dengan konten situs Internet, perangkat lunak dapat digunakan untuk mengidentifikasi tautan yang rusak dan aktivitas apa pun yang tidak sah. Dengan adanya dua metode analisis terakhir ini sehubungan dengan pemantauannya perlu untuk mempertimbangkan jejak audit yang dibuat oleh e-komunikasi.

C.   Jejak Audit
E-komunikasi meninggalkan jejak audit yang jelas dan hadir bahwa tidak hanya organisasi tetapi, jika perlu, badan pemerintah dapat digunakan untuk menyelidiki dan memantau aktivitas yang telah terjadi. Tidak hanya komunikasi elektronik dipantau dan diarsipkan, demikian juga percakapan telepon. Baru perkembangan telah melihat pengenalan perangkat lunak yang dirancang untuk memungkinkan perusahaan mengidentifikasi karyawan yang mungkin merupakan penyabot potensial, industri mata-mata, pencuri data, atau bahkan whistle-blower (Marks, 2007). Dengan mengidentifikasi kunci kata-kata dan frasa yang sering muncul atau tidak ada dalam email komunikasi, sistem dapat mengidentifikasi mereka yang dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan atau yang merasa terasing. Dengan mengambil informasi yang melekat dalam email gunakan, juga di blog dan percakapan IM, dan masukkan ke perangkat lunak program, hasilnya bisa bacaan yang menarik. Sekali lagi, ini menimbulkan masalah etika mendasar. Sementara teknologi seperti itu bisa digunakan untuk mempromosikan perilaku yang baik, itu juga dapat digunakan untuk menghukumnya, sementara mengisolasi malefactors dari konsekuensi tindakan mereka. Enron melayani sebagai contoh yang baik. Ketika memberi makan 250.000 email yang dikirim antara karyawan perusahaan Enron yang hancur, perangkat lunak itu mengidentifikasi karyawan Sherron Watkins sebagai terasing dan memiliki kepentingan sensitif rahasia. Dia ternyata adalah Enron whistle-blower (Marks, 2007). Informasi digunakan oleh manajer puncak, yang akhirnya dihukum karena kejahatan kegiatan, untuk melindungi posisi mereka untuk periode selanjutnya, di mana mereka terus menipu karyawan dan pelanggan mereka. Ini membawa kedepan sejumlah masalah utama.

Sesame Street Elmo
Copyright © Jurnal Komunikasi. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design